SETIAP orang adalah pelaku kehidupan, masing-masing kita bisa membuat kisah tentang hidup. Ada yang berusaha dengan segenap tenaga dan pikirannya, untuk meraih apa yang didambakan.
Boleh jadi dengan cucuran keringat, air mata bahkan mungkin darah. Ada pula yang pasrah dengan menjalani hidup apa adanya. Pada kategori mana pun kita berada semuanya akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa saja yang telah kita perbuat oleh Sang pemberi hidup, Dialah Tuhan.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa tidak kurang dari 16 kali dengan segala bentuknya Allah menyatakan dalam Alquran bahwa : “Kemudian kepada-Ku kamu semua akan dikembalikan, dan akan Aku kabarkan kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman/31: 15).
Menurut ustad Jalaluddin Rakhmat bahwa Allah mengulangi kata “shirath” sebanyak dua kali dalam surah Al-Fatihah karena ketika kita akan dilahirkan oleh ibu yang mengandung, Tuhan tidak mengajak diskusi.
Semua yang lahir pasti ke dunia. Berbeda ketika kita akan kembali, Tuhan mempersilahkan kepada kita untuk memilih apakah kita ingin kembali kepada-Nya atau kepada selain-Nya.
Untuk kembali kepada Allah, manusia membutuhkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju kehidupan akhirat. Berbahagilah mereka yang menjadikan hidup ini sebagai ladang amal saleh.
Pesan Nabi: “Apabila telah meninggal anak cucu Adam, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak saleh yang senantiasa mendoakannya”.
Karena itu harta yang di bawa mati adalah harta yang disedekahkan, ilmu yang di bawa mati adalah ilmu yang diamalkan, dan anak yang di bawa mati adalah anak yang disalehkan. Semua yang kita sebutkan (harta, ilmu, dan anak) dapat dijadikan sebagai ladang amal saleh.
Apa pun profesi yang kita geluti, aktifitas apa saja yang kita lakukan dapat menjadi ladang amal saleh, apabila profesi dan aktifitas yang dilakukan memenuhi dua syarat.
Pertama, aktifitas itu dilakukan dengan ikhlas. Kedua, tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kesempatan untuk melakukan kebaikan yang bermanfaat bagi sesama tidak pernah tertutup.
Seburam apapun lembaran kehidupan yang telah kita tempuh, masih tersedia lembaran putih di hari esok untuk memperbaiki catatan kelam di masa lalu. Orang bijak berpesan “belajarlah pada hari kemarin, jalani hidup hari ini, dan beri harapan untuk hari esok”.
Kebajikan yang kita kerjakan tidak ada yang sia-sia, juga tidak merugikan pelakunya, serta tidak akan membawa rasa kesal di hati. Sekecil apapun perbuatan baik, tidak ada yang luput dari catatan malaikat.
Ketika melakukan suatu kebaikan kepada seseorang, kemudian orang tersebut justru menyikapi sebaliknya, ibarat ungkapan “air susu dibalas dengan air tuba”, kebaikan dibalas dengan keburukan.
Jangan kecewa, itu berarti Tuhan tidak memilih orang tersebut menyalurkan kebaikan kepada kita, Tuhan akan memilih tangan-tangan lain untuk menyalurkan kebaikan pada saat kita butuhkan. Dalam hal rezeki, Tuhan yang Maha Pemurah telah menyediakan seluruh kebutuhan manusia secara melimpah. Namun, bumi dan langit beserta isinya selalu saja dirasa kurang bagi mereka yang berjiwa tamak, rakus dan tidak mampu bersyukur.
Aturan Tuhan sangat tepat dan tidak mungkin meleset. Ada rezeki yang diperuntukkan bagi orang yang menjemput, ada rezeki bagi yang menunggu. Ada rezeki untuk mereka yang rajin, ada untuk mereka yang malas.
Ada rezeki bagi mereka yang bersyukur, ada juga untuk mereka yang mengeluh. Kita tinggal menjalani dengan kerja keras, bersyukur kemudian berbagi kepada sesama.
Orang bijak berkata: Jangan berharap awan berwarna jingga, jika mentari tidak terbenam di ufuk Barat. Jangan bermimpi meraih kesuksesan tanpa usaha dan kerja keras. Patut direnungkan bahwa setiap saat seseorang dapat saja memperoleh kebaikan hati dan pertolongan orang lain. Kita tidak bisa hidup tanpa bantuan dan kebaikan orang lain.
Semakin tinggi status sosial seseorang, semakin banyak membutuhkan bantuan orang lain sehingga mestinya semakin banyak pula menyampaikan terima kasih kepada siapa saja yang memberikan bantuan dan kebaikan.
Terinspirasi dari makna kata “Bismillahirrahmanirrahim”, setiap melakukan perbuatan yang baik dimaksudkan agar pelakunya dapat menjadi penerus sifat kasih Tuhan untuk menanamkan dan menyebarkannya di mana pun kita berada.
Terinspirasi dari makna kata “Bismillahirrahmanirrahim”, setiap melakukan perbuatan yang baik dimaksudkan agar pelakunya dapat menjadi penerus sifat kasih Tuhan untuk menanamkan dan menyebarkannya di mana pun kita berada.
Apa pun bentuk pemberian itu, apakah berupa tenaga, moral, materi, dan lainnya selalu dijawab dengan kata terima kasih. Hal ini berarti bahwa dalam hubungan sosial kita senantiasa berbagi kasih.
Karena dengan kasih terhadap sesama makhluk Tuhan itulah, sehingga kita tergerak untuk membantu orang lain sesuai dengan kemampuan. Semoga setiap tarikan nafas dalam melakukan aktifitas apa saja dalam hidup ini dapat kita jadikan sebagai ladang amal saleh dalam menempuh perjalanan suci menuju Tuhan. ***