Trump Ngotot Tinggalkan Perjanjian Paris, Erdogan Mengekor

  • Whatsapp
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

PALU EKSPRES, HAMBURG – Forum G20 tak berhasil membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump berubah pikiran soal Paris Accord. Dia tetap pada keputusannya membawa AS keluar dari perjanjian internasional tentang mitigasi pemanasan global tersebut.

Kanselir Jerman Angela Merkel selaku tuan rumah tak menutupi rasa kecewanya atas sikap Trump.

Bacaan Lainnya

”Saya masih menyayangkan sikap AS. Tapi, saya bersyukur karena 19 negara lainnya menolak negosiasi ulang AS terhadap Paris Accord,” ujarnya dalam pidato penutupan konferensi, Minggu (9/7).

Saat pembahasan perubahan iklim pada sesi sore pertemuan hari pertama Jumat, Trump absen dari forum G20. Saat itu, dia harus menghadiri pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Namun, terkait Paris Accord, ayah Ivanka tersebut tetap menyatakan bahwa AS menarik diri. Sebagai salah satu negara maju yang menghasilkan emisi karbondioksida dalam jumlah besar, AS berjanji akan berbenah.

”AS akan dengan senang hati bekerja sama dengan negara-negara lain dan siap memberikan bantuan kepada mereka dalam mewujudkan pemakaian energi fosil dengan lebih cermat dan efisien,” terang wakil delegasi AS kepada media di Hamburg. Namun, bentuk dukungan itu tidak sama dengan komitmen yang sebelumnya tercantum dalam Paris Accord.

Sayang, sebagai negara besar, AS selalu punya pengekor. Sabtu lalu, setelah menyaksikan kerasnya hati Trump, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan lantas mengajukan penawaran terkait perubahan iklim ke Prancis.

”Setelah apa yang AS putuskan, kami pun tidak janji akan meloloskan kesepakatan itu di parlemen jika tidak ada konsekuensi seperti yang telah dijanjikan,” ancam pemimpin 63 tahun tersebut.

Saat Erdogan meneken Paris Accord, Prancis berjanji akan memberikan dana sebagai imbalan komitmen Turki terhadap perubahan iklim.

Kompensasi finansial itu diberikan kepada negara-negara berkembang yang mendukung Paris Accord sebagai biaya pengadaan atau modifikasi fasilitas di kawasan industri guna menghasilkan emisi minimal. Awalnya, AS menjadi salah satu penyandang dana kompensasi tersebut.

(AFP/Reuters/BBC/CNN/hep)

Pos terkait