Tumbang di Bulan Merdeka

  • Whatsapp

Oleh: Muhd Nur Sangadji

INILAH hari-hari yang sangat menyedihkan bagi saya. Beberapa saat ketika kita akan memperingati hari kemerdekaan yang ke 72. Kita menyaksikan para penyelengara proyek, mempertontonkan penjaliman ekologis (ecology cruel) atas nama pembangunan. Di saat tiang bendera merah putih ditegakkan di hampir semua rumah warga para dosen. Pepohonan pelindung di sekitarnya ditumbangkan tanpa ampun. Letaknya, di sepanjang jalan sisi selatan Universitas Tadulako. Jalan yang saban hari dilewati kaum terpelajar bernama dosen dan mahasiswa.

Bacaan Lainnya

Semula saya mengira pohon-pohon ini ditumbangkan untuk kepentingan pelebaran jalan, Dan, kalau ini tujuannya, kita tak punya pilihan. Meskipun, urgensi pelebaran pun tidaklah penting amat karena kondisi jalan sudah cukup lebar. Ternyata, pembongkaran ratusan pohon penghijauan yang telah berumur hampir 40 tahunan itu, hanya untuk pembuatan saluan dainase selebar lebih kurang setengah meter. Sesuatu yang boleh dilakukan tanpa perlu merobohkan pohon. Menyakitkan, karena pohon yang dipelihara hampir 40 tahun itu, ditumbangkan dalam waktu hanya sekian jam saja.

Ada kalangan yang berpikir tidak mengapa. Nanti ditanam kembali dengan pohon yang baru. Pohon dengan perakaran tunggang dan kanopi rimbun serta tidak menjulang agar tidak mengganggu kabel listik dan telepon. Ini adalah konsep ideal ketika membangun dari “zero”. Tidak cocok untuk konsep pembangunan dari tengah. Di posisi ini, dibutuhkan konsep pendekatan “Penataan”. Bukan membongkar rata, baharu dibangun ulang. Cara yang lebih ideal lagi, kabel yang dijadikan alasan ini, justeru tidak boleh mengganggu pohon.

Mengapa, karena kita kalah di umur sumberdaya, di penghematan anggaran, di manfaat ekologis jenis dan di nilai budaya serta di ancaman bencana. Karena itu, perencana pembangunan harus punya wawasan komprehensif. Konsep Development on sensitive of economy, ecology, social, disaster and conflict”, mestilah menjadi “mind set” perencana pembangunan kita.

Ada banyak contoh untuk buka wawasan kita. Saya hendak tunjukan beberapa saja. Di Korea selatan, jalan Toll bertingkat, di bongka untuk membangun taman. Di Bogor, parit dan pedestrian di belokan untuk selamatkan pohon. Di Surabaya, Risma, sang Walikota membongkar infrastruktur untuk menanam pohon. Beliau muka, ketika rumput diinjak orang. Dan, di Palu, pohon berusia puluhan tahun, dibongkar hanya untuk membuat parit yang urgensinya masih dipertanyakan.

Pos terkait