PALU EKSPRES, TIMIKA – Kredit macet karyawan terus meningkat setiap bulannya, seiring dengan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh oleh PT Freeport Indonesia serta perusahaan kontraktor dan privatisasi.
Pemimpin BRI Kantor Cabang Timika, Sukarno, yang ditemui wartawan di Bobaigo Kesukupan Timika, Senin (28/8) mengatakan, jumlah kredit macet terus bertambah setiap bulan. Bulan Juli saja, jumlah kredit macet khusus karyawan mencapai 58 yang sebelumnya hanya 28.
Itu kata Sukarno belum termasuk Bulan Agustus. “Setiap bulan itu kelihatannya ada PHK dari perusahaan, yang berpengaruh pada kinerja performance terhadap pinjaman di Bank BRI,” kata Sukarno sebagimana dilansir dari Radar Timika (Jawa Pos Group).
Menurutnya, kredit macet terjadi karena ketidakmampuan karyawan membayar cicilan, ditambah lagi uang pesangon yang dibayarkan oleh perusahaan, sebagian besar tidak mampu meng-cover kewajiban di bank.
Untuk nilainya sendiri diungkapkan Sukarno, khusus kredit yang berkaitan dengan PTFI dan privatisasinya mencapai Rp 15,9 miliar. “Datanya saya belum update, posisi bulan kemarin non performance kita khusus untuk kredit, yang berkaitan dengan Freeport dan privatisasinya itu Rp 15,9 miliar. Lumayan tinggi pengaruhnya kondisi Freeport,” terangnya.
Kredit yang diberikan oleh bank kepada karyawan lanjutnya lagi, jaminannya adalah gaji. Sehingga begitu dinyatakan PHK oleh perusahaan, maka hak-haknya diblok oleh bank. Artinya kata Sukarno, penyelesaian kewajiban meskipun belum selesai. Yang tidak selesai tentu masih punya kewajiban di bank.
Jika tidak diselesaikan maka dikatakan Sukarno, kreditur atau karyawan tersebut akan tercatat sebagai kredit macet seumur hidup. Dampaknya, karena semua perbankan sekarang sistem online, maka ketika terjadi kredit macet pada Bank BRI maka di bank manapun akan terekam, dan berpengaruh pada personalnya, karena tercatat tidak baik di perbankan.
“Kalau pinjaman melekat pada orangnya, sistemnya pembayaran kerjasama dengan institusinya,” tandasnya.
(sad/jpg/JPC)