Ingin Palu Damai, Keluarga Kuncinya

  • Whatsapp

NARASUMBER: Para narasumber dalam dialog publik yang digelar Pemuda Katolik Komisariat Sulteng, Sabtu 29 November 2015.

Dari Dialog Pemuda Katolik Komisariat Sulteng
PALU,PE-Keluarga menjadi cikal bakal lahirnya generasi bangsa. Keluarga pula menjadi dasar pendidikan yang pratama dan utama untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan cinta damai.
Demikian isu yang berkembang dalam dialog publik bertemakan ‘Peran Keluarga untuk Mencegah Konflik dalam Masyarakat‘ yang digelar pemuda Katolik Komisariat Daerah Sulteng, Sabtu 28 November 2015.

Dialog yang berlangsung di aula Gereja Katolik, Paroki Santa Maria Bunda Hati Kudus itu menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya Akademisi dan Sosiolog, Dr Christian Tindjabate, Msi, Tokoh Agama Islam Dr Rusly, Tokoh Agama Katolik, Lukas Mamahit dan Kepala Kesbangpol Kota Palu, Drs Ramli Usman.

Dalam dialog yang dihadiri sejumlah organisasi pemuda, seluruh peserta dialog menyepakati  bahwa konflik di Palu bukanlah konflik sosial. Konflik yang terjadi di Palu lebih dominan merupakan pertikaian antar pemuda. Penekanan ini disampaikan Kepala Kesbangpol, Ramli Usman, sebagai pembicara terakhir. Kata Ramli, begitu sapaannya, sesuatu konflik dikatakan sebagai konflik sosial bila telah dinyatakan status kondisi konflik oleh pemerintah setempat dalam hal ini walikota.

‘Kita sepakat yah bahwa konflik di Palu itu bukan konflik sosial. Itu adalah pertikaian antar anak-anak muda yang orangtuanya ikut-ikutan terlibat mendukung di dalamnya,“ ujar Ramli.
Karena itu, peran keluarga sangat diperlukan untuk melahirkan generasi yang berakhlak mulia dan berjiwa nasionalisme.

Sebagaimana penekanan yang disampaikan terlebih dulu oleh tokoh agama Katolik, Lukas Mamahit. Dalam paparannya, Lukas menekankan bahwa keluarga menjadi kunci utama terciptanya damai di kota tercinta Palu.

‘‘Seperti yang disampaikan oleh mother Teressa bahwa damai dan perang semuanya berawal dari keluarga. Karena itu, kalau kita ingin damai, maka mulailah dari dalam keluarga kita masing-masing. Begitupun, ingin Palu damai, keluargalah kunci utamanya,“ tandasnya.

Penekanan yang sama pun  disampaikan dua narasumber yang lain. Dr Christian Tindjabate dan Dr Rusly. Keduanya pun menekankan peran penting keluarga dalam membangun bangsa yang kuat. Bangsa yang kuat dan besar kata keduanya adalah bangsa yang memiliki rasa cinta tanah air dan berani mempertahankan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Untuk bisa mewujudkan itu, dibutuhkan pula generasi yang cinta damai sebagai penerus bangsa. Generasi yang cinta damai tentu, generasi yang tumbuh dari dalam keluarga yang cinta damai pula. (mrs)

Pos terkait