Tiga Balita Ditemukan Menderita Gizi Buruk

  • Whatsapp

 

KARSA Institute Lakukan Analisa Gizi Buruk di Pipikoro

SIGI, PE – Tiga Balita di Kecamatan Pipikoro menderita penyakit gizi buruk. Hal ini merupakan suatu laporan terparah akibat kurang gizi menahun di daerah pedalaman. Berdasarkan laporan KARSA Institute, ketiga balita yakni Egi (6 bulan), Putri (6 tahun) dan Rifal
(2tahun) kini memerlukan pengobatan intensif. Semua balita ini berada di tiga desa di daerah itu.
“Kami membuat program Peduli KARSA Institute bersama-sama dengan Bidan Nelvian tenaga kesehatan yang menganalisis kondisi balita di Kabupaten Sigi. Kami menemukan 3 balita yang kondisinya cukup parah, akibat gizi buruk,” kata Manager KARSA Institute Rahmad Saleh, Selasa 10 Agustus.
Ia menjelaskan, berat badan Balita Egi baru mencapai 2,5 kilogram, padahal di usia 6 bulan tersebut, berat badan seharusnya 6,4 kilogram. Sedangkan Balita Putri berusia 6 tahun baru memiliki berat badan 13,4 kilogram.  “Dan Rifal bayi 2,1 tahun berat badannya baru 9,5 Kilogramm atau kurang 1,7 Kilogramm dari batas bawah bayi seusianya,” jelasnya.
Masalah utama yang merebaknya penyakit gizi buruk di wilayah pedalaman diakibatkan faktor ekonomi dan kurangnya pemahaman orangtua terhadap penyediaan makanan bergizi. Rahman mengaku, keluarga ketiga balita ini memiliki perekonomian yang cukup buruk.
“Di samping ketiga balita yang diidentifikasi mengalami gizi buruk, hasil analisis status gizi juga mengidentifikasi empat balita lain yang mengalami gizi kurang. Dikhawatirkan kondisi kesehatan balita tersebut akan terus menurun hingga akhirnya mengalami Gizi buruk, ” kata Rahman yang berharap ada upaya Pemerintah menindaklanjuti laporan ini.
Saat ini KARSA Institute kata dia tengah melakukan analisa dan pemeriksaan kesehatan di daerah pedalaman lainnya. Kemungkinan masih banyak Balita di Sigi mengalami gizi buruk namun belum ditindaklanjuti. Rahmad menjelaskan untuk meminimalisir kondisi yang semakin buruk, pihaknya dan tim kesehatan setempat telah melakukan upaya awal dengan memberikan makanan tambahan bayi dan susu.
“Disamping itu, pendekatan  khusus juga terus dilakukan secara intens kepada para orang tua, agar terlibat aktif dalam mengatasi permasalahan ini dan sekaligus mencegah kejadian serupa agar tidak terulang kembali, ” pintanya.
Kecamatan Pipikoro merupakan daerah cukup terisolir dengan aksesbilitas sangat rendah kepusat pelayanan kesehatan. Di desa-desa ini tidak terdapat sarana kesehatan baik Puskesmas maupun Polindes.
Satu-satunya fasilitas kesehatan formal yang disediakan oleh pemerintah adalah satu orang bidan, yang bertugas menangani tiga desa dan berjarak 15 kilometer sampai 25 Kilometer dari ibukota kecamatan. Selain masalah kesehatan, akses infrastruktur juga menjadi kendala. Masih banyak akses jalan yang baru bisa dilalui oleh kendaraan roda dua.
Iapun meminta pihak Pemerintah Daerah segera bertindak dengan merebaknya kasus gizi buruk diwilayah ini. Dinas kesehatan kabupaten Sigi kata dia memiliki tanggung jawab hukum untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak peduli dalam keadaan apapun, kapanpun dan dimanapun.
“Kami minta dalam waktu dekat, ada tindakan darurat untuk mengatasi kasus ini, dan dalam jangka panjang harus ada upaya yang lebih serius dan komprehensif dalam membangun dan memeratakan system layanan kesehatan, yang terjangkau baik secara fisik maupun secara sosial, ” tutupnya. (mg02)

Pos terkait