Daging Sapi di Palu Juga Naik

  • Whatsapp

PALU,PE- Melonjaknya harga daging sapi akhir-akhir ini rupanya bukan hanya dialami pedagang di luar Sulawesi. Di Palu, kondisi inipun dialami para pedagang sapi.
Harga daging sapi di Palu saat ini mencapai Rp100 ribu perkilo. Padahal normalnya hanya Rp90 ribu perkilo.
Para pedagang yang ditemui menyebutkan, salah satu faktor melonjaknya harga jual daging sapi yakni kenaikan harga BBM hingga terbatasnya stok sapi di kalangan peternak lokal.
Seperti yang dituturkan Nurhayati (57), pedagang daging sapi di Pasar Tradisional Inpres Manonda. Kata Nurhayati mahalnya harga daging sapi di Kota Palu saat ini karena kurangnya persediaan sapi di kalangan peternak.
Karena itulah dia dan pedagang lainnya terpaksa ikut menaikkan harga jual per kilonya. “Bagaimana sapi di kalangan peternak kurang, makanya harga daging sapi juga mahal,”ungkapnya kepada Palu Ekspres, Rabu 12 Agustus 2015.
Kurangnya persediaan sapi di kalangan peternak kata Nurhayati, karena sebagian pedagang sapi lebih tertarik menjual ternaknya keluar Sulawesi Tengah. “Mereka jualnya ke luar Sulawesi Tengah, seperti ke Kalimantan. Karena harga yang ditawarkan oleh pedagang sapi di Kalimantan itu lebih tinggi daripada harga yang kami tawarkan di sini. Makanya mereka lebih utamakan di sana daripada di sini,”ungkapnya.
Selain itu, tingginya ongkos kirim yang dikenakan oleh para sopir pengangkut sapi, juga diakui Nurhayati melatari para pedagang ikut menaikkan harga jual di pasaran. “Mau tak mau harus menaikkan harga daging sapi yang sebelum bulan puasa lalu masih seharga Rp90 ribu per kilogramnya,” ujar dia.
Karenanya, Nurhayati meminta pemerintah segera turun tangan atasi kenaikan harga sapi.
Dampak mahalnya harga daging sapi juga berimbas kepada sejumlah pedagang olahan daging sapi, seperti Asril (20) salah satunya.
Pedagang siomay Bandung ini kepada media Palu Ekspres mengaku mau tak mau harus mengurangi porsi daging sapi dalam setiap siomay bandungnya. Alih-alih menaikkan harga per porsi, Asril lebih memilih untuk mensiasati adonan dengan menambah bahan tepung terigu.
Itu dilakukan Asril semata-mata agar tidak mengecewakan pelanggannya.
Sebab jika tidak, ia khawatir langganannya bakal kabur ke pedagang lain. “Kalau saya, saya kurangi daging sapi dalam siomay bandungku dan menggantinya dengan tepung. Kalau tidak pembeli kabur,”ungkapnya.
Senada dengan Nurhayati, Asril berharap persoalan ini secepatnya terselesaikan. “Kasihan kita yang pedagang kecil ini yang pusing gimana putar duit sedikit biar usaha tetap langgeng,” ungkapnya.(mg9)

Pos terkait