Konsumsi diet tinggi lemak dan protein tinggi selama Ramadan, menurut Fahmi adalah perilaku tradisional yang sulit dimodifikasi. Sebuah studi prospektif dari pola diet pasien dengan diabetes tipe 2 selama Ramadan, yang juga menjalani konseling diet, mengungkapkan peningkatan asupan kalori selama Ramadan dengan peningkatan yang signifikan dalam asupan lemak.
Studi menunjukkan bahwa meskipun konseling berulang pada pedoman diet untuk Ramadan telah dilakukan, namun kepatuhan masih buruk (Vasan SK, Karol R, Mahendri NV, et al 2012). Ini juga dicatat dalam penelitian CREED, di mana 30 persen pasien melaporkan makan makanan yang lebih besar.
Setelah seharian berpuasa, serta keinginan untuk makan lebih besar dari makanan biasa, sering ada dorongan untuk memakannya lebih cepat. Tingkat makan telah berkorelasi positif dengan asupan makanan, dan makan terlalu cepat dapat menyebabkan konsumsi berlebihan. Kebiasaan makan, seperti jumlah dan waktu makan, juga bervariasi antar wilayah dan ini dapat berdampak pada manajemen diabetes selama Ramadan.
(***)