Perempuan Penyintas Terus Berkarya di Usia Senja

  • Whatsapp

TERUS BERKARYA – Para perempuan penyintas yang rata-rata sudah lansia masih aktif melakukan aktivitas menjahit dan menenun pada usia yang tak muda lagi. Rata-rata mereka generasi kedua dari korban HAM 1065. (KIA/PE)

PALU, PE – Kami Berdaya, Kami berkarya, sebuah pameran sederhana yang digelar para perempuan penyintas (survivor) dan remaja difabel serta korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), berlangsung sederhana. Pameran digelar di Sekretariat Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP HAM) Sulteng, lorong Saleko – Basuki Rahmat, Palu Selatan, Rabu 25 Mei 2016, rencananya akan dikunjungi pemerintah kota.

Bacaan Lainnya

Di ruang yang tak seberapa luas itu berjejal aneka kerajinan  tenun dan produk jahitan karya para kaum difabel dan korban KDRT. Pameran diikuti 11  perajin, terdiri dari 11 penenun dan 7 penjahit. Mereka berasal dari Limoyo – Donggala 9 orang dan 13 Labuan Panimba dan dua lainnya dari Lewam sebuah komunitas tenun asal Jogyakarta.

Sekretaris Jenderal SKP HAM Sulteng Nurlela, kepada Palu Ekspres mengatakan, Tema Kami Berdaya, Kami Berkarya, sengaja dipilih oleh SKP- HAM  sebagai inisiator hajatan ini, untuk menegaskan bahwa eksistensi kelompok minoritas itu, senantiasa tetap ada. Dan negara tidak boleh abai pada eksistensi mereka.

Menurut Nurlela,  pameran ini untuk memotivasi semangat hidup mereka, tidak boleh apatis. Semangat berkarya harus terus digelorakan untuk memberdayakan taraf hidup mereka sendiri. Nurlela menjelaskan, di Sulawesi Tengah, korban kekerasan HAM tahun 1965 masih sekira 1.660 orang.

Terbanyak di Kota Palu sebesar 401 orang. Jumlah ini sudah terverifikasi.Menyusul Poso 313 orang belum terverifikasi dam Sigi sekira 200 orang juga belum terverifikasi. Khusus di Kota intervensi pemerintah Kota Palu di sektor pemberdayaan dinilainya cukup bagus.

”Mereka mendapatkan pembinaan melalui program pemberdayaan yang melekat di sejumlah dinas teknis,” jelas Nurlela. Di Palu dan sejumlah daerah lainnya, korban HAM 1965 rata-rata sudah memasuki generasi kedua. Walau demikian masih ada di antara mereka, korban langsung yang masih hidup. Pameran ini juga diikuti remaja difabel dan korban kekerasan dalam rumah tangga. (kia)

Pos terkait