TIBA DI POLDA – Jenazah Santoso alias Abuwardah pimpin MIT tiba di RS Bhayangkara Polda Sulteng, Selasa 19 Juli 2016. (FOTO – FAIZ M SENGKA)
PALU, PE – Gubernur Sulteng Longki Djanggola memandang Operasi Tinombala, cukup berhasil. Keberhasilan itu dapat dilihat dengan tertembaknya buronan kelas wahid, Santoso alias Abuwardah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur dengan basis operasi di hutan Poso.
Dihubungi Selasa, 19 Juli, Gubernur mengatakan, sekalipun gembong teroris Poso sudah tertembak, namun operasi Tinombala yang berakhir Agustus harus dilanjutkan.
Mungkin namanya bukan lagi operasi Tinombala dan tugasnya tidak lagi pendekatan refresif. Operasi yang dimaksudkannya adalah pendekatan yang lebih soft, lebih humanis menampilkan sisi kemanusiaan. Misalnya operasi deradikalisasi untuk menangkal paham ekstrim yang menjadi cikal bakal munculnya pandangan radikal yang mengatasnamakan agama tertentu. Padahal agama selalu menganjurkan pemeluknya menebar kedamaian dan harmonisasi.
”Saya minta untuk dituntaskan agar semua pengikut Santoso dan sel selnya menyerahkan diri atau diburu dan ditangkap hidup-hidup atau ditembak juga,” katanya dalam pesan singkatnya. Walaupun nanti Operasi Tinombala sudah selesai Gubernur tetap berharap masih ada operasi lain misalnya deradikalisasi agar masyarakat dapat bersatu kembali utk meningkatkan taraf hidup melalui bidang pertanian, perkebunan. ”Saya berharap agar jaringan Santoso ini benar selesai di Kabupaten Poso sulteng. Agar Sulteng menjadi daerah yang aman untuk berinvestasi,” tekannya.
Gubernur yang saat ini sedang melakukan perjalanan dinas di Eropa memberikan pernyataan itu sehubungan dengan tertembak matinya Santoso, pimpinan kelompok sipil bersenjata yang diburu aparat keamanan melalui Operasi Camar Maleo sepanjang tahun 2015 dan dilanjutkan Operasi Tinombala Januari-Juli 2016.Santoso dan seorang anak buahnya bernama Mochtar tertembak mati dalam kontak senjata antara personel Satgas Operasi Tinombala di pegunungan sekitar Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) sekitar pukul 17.00 WITA.
Jenazah Santoso dan Mochtar telah dievakuasi ke Palu pada Selasa sekitar pukul 13.30 WITA dan saat ini sedang menjalani pemeriksaan menyeluruh oleh tim DVI (disaster victims identification) Mabes Polri.Gubernur memberikan apresiasi yang tinggi kepada jajaran Polri dan TNI, khususnya yang tergabung dalam Satgas Operasi Tinombala Poso, yang sukses melumpuhkan Santoso alias Abu Wardah, gembong teroris yang paling dicari oleh aparat keamanan Indonesia selama ini.
“Sebagai gubernur, saya memberi apresiasi kepala Polri dan TNI yang berhasil menembak mati Santoso dan seorang anak buahnya di Poso. “Terima kasih kepada Presiden, Panglima TNI dan Kapolri serta semua pihak yang terlibat dalam operasi penumpasan Santoso dan juga terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah terlibat membantui operasi ini,” ujarnya. Gubernur Longki Djanggola juga meminta kepada masyarakat Poso untuk dapat menerima kembali seluruh eks-anggota kelompok Santoso agar bisa berbaur kembali secara damai dengan masyarakat. (kia/antara)