Bandeng Laut, Calon Primadona Baru

  • Whatsapp

BANDENG KEMASAN – Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola, saat memperlihatkan Ikan Bandeng yang telah dikemas, hasil teknologi keramba jaring tancap (pen culture), di Pelabuhan Perikanan Donggala, Rabu 31 Agustus 2016 kemarin. (IMAM/PE)

DONGGALA- PE – Hingga 2020 nanti masyarakat Sulawesi Tengah membutuhkan sedikitnya  239 ton ikan komsumsi. Kebutuhan itu dipenuhi dengan ikan laut lebih dari 132 ton dan 106 ton berasal dari ikan budidaya, semisal bandeng, nila, mujair dan sidat. Adapun ikan bandeng dikomsumsi oleh masyarakat lebih dari 63 ton. Hal ini diungkapkan Gubernur Sulteng Longki Djanggola saat saat peluncuran Inovasi Daerah Budidaya Bandeng Laut dengan Sistim Keramba Jaring Tancap di Pelabuhan Perikanan Pantai Donggala, Rabu, 31 Agustus 2016.

Bacaan Lainnya

Dalam menghadapi tingginya angka pertumbuhan penduduk, yang diiringi dengan semakin meningkatnya kebutuhan pada pangan, serta untuk menghadapi era persaingan yang semakin ketat, terutama dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), inovasi budidaya perikanan di laut dipandang menjadi salah satu jalan keluar, yang paling efektif.

Menurut Longki Djanggola, saat meresmikan Inovasi Daerah Budidaya Bandeng Keramba Jaring Tancap (Pen Culture) di Laut, yang dikembangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulteng, serta Kampung UKM Bahari Berbasis Digital, di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala, Rabu 31 Agustus 2016 kemarin.

“Adanya inovasi yang dikembangkan ini, merupakan salah satu bukti komitmen pemerintah provinsi, dalam bidang ekonomi perikanan, menghadapi tantangan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin tinggi, serta adanya MEA, maka laut adalah solusinya, seperti inovasi pen culture ini. Diperkirakan, pada tahun 2020 mendatang, Sulteng membutuhkan sekitar 239 ribu ton ikan pertahunnya. Dari kebutuhan itu, 106 ribu di antaranya berasal dari sektor perikanan budidaya, yang 69 ribu ton berasal dari budidaya bandeng,” kata Gubernur.

Gubernur menambahkan, dengan adanya inovasi pen culture, yang dikembangkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulteng ini, dapat menyediakan lapangan pekerjaan kepad masyarakat sekitar, serta dapat mengedukasi masyarakat, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan.

“Saya harap, kepada SKPD terkait dan DPRD, untuk segera menyiapkan SDM, dan mendorong semangat masyarakat, agar inovasi ini dapat segera diterapkan di masyarakat. Kepada para investor, mari bekerjasama dengan pemerintah, untuk mengembangkan inovasi ini, karena potensi yang dimiliki sangat besar. Saya harap ini bisa dimasifkan, sehingga bisa memberikan manfaat dan muaranya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di pesisir atau nelayan” ujar Gubernur.

Selain itu, sebagai langkah awal, Gubernur juga mendorong agar inovasi pen culture, dapat diterapkan di seluruh Pelabuhan Perikanan yang ada di Sulawesi Tengah.

Inovasi pen culture, merupakan salah satu program andalan Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulteng, yang membudidayakan ikan bandeng di air laut, menggunakan teknologi jaring tancap. Teknologi ini diklaim, memiliki produktivitas yang tinggi, melebihi produksi melalui tambak dan jaring apung. Tercatat, dalam launching kemarin, berat bandeng yang dipanen mencapai 700-1080 gram per ekor.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Sulteng, Hasanuddin Atjo mengungkapkan, dengan memanfaatkan luas laut yang dimiliki Sulteng, inovasi ini menjanjikan potensi yang sangat besar. “Inovasi ini dapat menghasilkan bandeng 200 ton per hektar sekali siklus, dengan berat ikan  sekitar 700 gram hingga 1 kilogram. Jadi bisa dibayangkan, jika ada 1000 hektar keramba seperti ini se-Sulteng, akan memberikan hasil yang sangat menjanjikan bagi ekonomi perikanan,” kata Hasanuddin.

Hasanuddin juga menjelaskan, tekologi pen culture, juga memiliki berbagai keunggulan,  dibandingkan budidaya melalui tambak maupun jaring apung. Di antaranya, ialah lebih efisien  dalam penggunaan lahan dan pakan buatan, karena  ketersediaan oksigen di laut yang tinggi,  dan suplai pakan alami dari dasar laut.

Keunggulan lainnya, lanjut Hasanuddin, ialah modal investasi yang relatif lebih rendah, dan sistem pen culture tidak membutuhkan pengelolaan air khusus seperti di tambak.

“Dagingnya juga lebih kenyal dan lebih gurih, serta tidak berbau lumpur seperti yang dibudidayakan di tambak,” jelas Hasanuddin. Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan perikanan RI, Ir  Sarifin, secara khusus memuji inovasi pen culture yang dikembangkan Dinas Kelautan dan  Perikanan Sulteng ini. Menurutnya, inovasi ini merupakan salah satu jawaban dari program  Nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

“Harapannya, semoga inovasi ini dapat berkelanjutan, sehingga mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Bahkan, inovasi ini bukan hanya untuk kegiatan budidaya saja, dalam rangka meningkatkan produksi sektor budidaya bandeng. Tetapi juga bisa dikembangkan menjadi ekowisata. Bandeng laut ini, sangat potensial untuk dikembangkan, karena segi rasa lebih gurih dan enak, lebih kaya nutrisi, bahkan kadar omega 3-nya melebihi salmon,” tandas Sarifin. (mg01)

Pos terkait