Kisah Para Nelayan Pandeglang yang Selamat dari Tsunami

  • Whatsapp

Terjangan tsunami di Selat Sunda diterima dari tempat yang begitu dekat oleh para nelayan. Di tengah laut, mereka harus berhadapan dengan gelombang dengan tinggi sekitar 30 meter. Itu pun tidak terjadi satu kali. Berikut kisah para nelayan pemberani tersebut.

JUNEKA SUBAIHUL MUFID , Pandeglang

KAPAL Baru Jaya masih sandar di dermaga kecil di Kampung Sidamukti, Kecamatan Sukaresmi, Pandeglang. Berimpitan dengan kapal-kapal lain di bawah guyuran hujan pagi kemarin (24/12/2018).

Kapal dengan berat 4 tonase itu ibaratnya baru lepas dari maut setelah berjuang keras menaklukkan tsunami di Selat Sunda pada Sabtu malam (22/12/2018).

Tangkapan seberat 4 kuintal ikan berbagai jenis – mulai layur, banyar, hingga barakuda- pun belum dibongkar. Terbungkus rapi dalam kotak serat besar dengan plastik. Bau ikan yang amis bahkan tercium sesekali berseliweran keluar masuk hidung.

Rasyim, 28, pemilik kapal nakhoda Baru Jaya itu tampak masih syok . Dia beruntung. Sungguh beruntung jika bisa dibilang. Mampu menerjang ombak tsunami karena aktivitas Gunung Sertung, sebutan nelayan Sidamukti untuk Gunung Anak Krakatau. “Seribu satu lah, bisa selamat itu. Saya juga masih tidak percaya,” ujar Rasyim yang ditemui di dekat dermaga.

Rasyim berangkat melaut bersama empat nelayan lain di kapal Baru Jaya. Yakni, Heri, Herman, Topan, dan Oki. Dia hanya hafal panggilan anak buahnya yang biasa diajak mencari ikan. Mereka melaut sejak Kamis (20/12/2018). Hanya sekali melaut mereka bisa sampai empat atau lima hari berturut-turut dengan perbekalan yang cukup. Mereka pun tidak perlu bolak-balik ke rumah. “Melaut di Ujung Kulon. Empat jam perjalanan dari sini,” ujar Rasyim.

Kamis hingga Sabtu sore itu mereka harus pindah. Cuaca cukup bersahabat. Bulan pun terang. Meskipun terkadang hujan agak lebat.

Sabtu sekitar pukul 17.30, kapal Baru Jaya mulai menebar jaring lagi. Menyisir lokasi yang diperkirakan ada kerumunan ikan. “Hari-hari seperti ini yang sedang musim banyak ikan. Dapat 2 kuintal udah bagus. Ini bisa 4 kuintal,” tutur dia.

Tebar jaring itu baru selesai sekitar pukul 20.30. Sementara rekan-rekannya di lima kapal berbeda sudah menepi ke dekat pantai. Memang perahu bisa bersandar dengan berkelompok, bisa lima atau enam perahu. Itu dilakukan untuk menghindari ombak besar saat malam.

Pos terkait