Direktur Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris menerangkan pertumbuhan aset Bank Sulteng dalam Workshop Jurnalis Sulteng yang digelar OJK Sulteng di hotel Estrella Kabupaten Banggai, Selasa 29 November 2016. (foto: HAMDI ANWAR)
Boedi Armanto: Masih Harus Benahi Manajemen dan Produk
BANGGAI, PE – Aset Bank Sulteng terus mengalami peningkatan. Hingga Oktober 2016, aset Bank milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah itu menembus Rp5,3 triliun lebih. Naik sekira Rp3 miliar lebih dari periode Oktober 2015 sebesar Rp5 triliun.
Direktur Bank Sulteng Rahmat Abdul Haris menyebutkan, peningkatan itu ditopang dari sejumlah sektor pelayanan. Diantaranya pertumbuhan penyaluran kredit serta pengelolaan simpanan dana pihak ketiga.
Pertumbuhan aset itu menurutnya tak lepas dukungan masyarakat Sulteng yang mempercayakan Bank Sulteng sebagai mitra kerja dalam bidang keuangan. Selain itu peningkatan juga diyakini terjadi lantaran Bank plat merah itu terus mengembangkan inovasi pelayanannya.
“Sejauh ini terdapat 169 jenis layanan keuangan di Bank Sulteng. Dengan jumlah ATM sebanyak 83 dan 14 kantor berjalan,”urai Rahmat Abdul Haris dalam Workshop Jurnalis Sulteng yang digelar OJK Sulteng, Selasa 29 November 2016.
Haris menyebutkan dalam waktu dekat aset Bank Sulteng diperkirakan bertambah lagi dengan jumlah besar. Ini menyusul adanya rencana 60 investor negara asing yang menyatakan diri akan berinvestasi di Bank Sulteng.
“Tanggal 1 Januari 2017 kami bersama Gubernur Sulteng dan Badan Koordinasi Penanaman Modal akan bertolak ke Jakarta untuk bertemu para investor membahas rencana invetasi tersebut,”ujarnya.
Dengan begitu, pihaknya lanjut Haris menargetkan aset Bank Sulteng pada tahun 2021 sebesar Rp8,5triliun.
“Kami optimistis target ini bisa terealisasi karena saat ini Bank Sulteng tidak hanya melayani nasabah pegawai negeri tapi kita perluas bagi masyarakat umum,”terangnya.
Haris menambahkan tahun 2017 mendatang juga akan mengembangkan penyaluran kredit bagi nelayan dan petani di Kota Palu. Dalam rencana ini pihaknya akan melibatkan tenaga penyuluh sebagai penanggunjawab administrasi dan penjamin bagi para nelayan dan petani.
“Penyaluran kredit bagi petani dan nelayan sudah berjalan di Kabupaten Sigi. Sedangkan untuk kota Palu kami sedang menyusun standar operasionalnya. Insya Allah tahun depan mulai berjalan,”demikian Rahmat Abdul Haris.
Deputi Pengawas OJK Pusat, Boedi Armanto pernah mengingatkan Bank Sulteng untuk terus berbenah bila ingin berkembang dan sukses bersaing dengan bank nasional lainnya.
Boedi mengingatkan Bank Sulteng untuk memperbaiki mulai manajemen resiko, pengembangan Sumber Daya Manusia, lalu good coorporate manajemen di bank milik pemerintah daerah itu.
“Bank Sulteng harus memperbaiki manajemennya, IT (information Teknologi) nya harus terus di update, jangan lagi menggunakan cara konvensional. Ini memang perlu perbaikan dari pemegang saham,” tandas Boedi Armanto saat acara Bank Sulteng di Ball Room Hotel Mercure beberapa waktu lalu. Setelah itu kata dia, baru Bank Sulteng bisa melakukan ekspansi.
Dia mencontohkan produk kredit Bank Sulteng yang masih cenderung ke konsumtif. Menurutnya, sudah harus dicari kredit yang sifatnya lebih produktif.
Boedi menegaskan bahwa Bank Sulteng sesungguhnya kuat, karena milik pemerintah daerah. Namun memang persoalan di Bank tersebut, karena penyertaan modal yang masih kurang dari pemegang sahamnya. Maka kata dia, manajemen harus kreatif, untuk mencari kontribusi tidak hanya dari pemerintah tetapi dari pihak ketiga. “Pelayanan Produk harus lebih kreatif. BPD harus lebih kreatif, harusnya bisa cari dana dari pihak ketiga. Jangan nyaman dengan kredit konsumtif,” tandas Boedi. (mdi/aaa)