Ahli Kecantikan, Pemilik Skin Origin
JANGAN pernah malu dengan pekerjaan apapun! Itulah prinsip yang dipegang Jean Simon Djaelangkara tentang arti sebuah perjuangan hidup.
Karena bagi pemilik dan ahli kecantikan Skin Origin ini, tak ada keberhasilan yang diperoleh secara instan. ‘‘Semua harus diperjuangkan dan semua ada proses,“ tandasnya.
Kata-kata inspiratif itu tak sekadar slogan. Namun, itu dilakoni perempuan ramah ini saat menimba ilmu di negeri Kanguru, Australia. Disitu dia benar-benar merasakan arti perjuangan hidup sesungguhnya.
Jauh dari orangtua dengan kondisi keuangan yang pas-pasan membuat perempuan kelahiran Palu ini tertantang untuk harus bisa bertahan di tengah segala keterbatasan.
‘‘Saya tidak malu! Kenapa harus gengsi. Saat sekolah di Australia, saya bekerja sambilan di salah satu restoran di sana,“ tuturnya.
Untungnya, bos pemilik restauran itu sangat memaklumi statusnya sebagai seorang mahasiswi. Dia diberi dispensasi bekerja setelah jam perkuliahan. ‘‘Saya ndak malu. Disana saya kerja, potong-potong sayur, cuci sayur, cuci piring. Bantu bersih-bersihin bahan-bahan di dapur. basah-basahan kena air. Tidak mengapa. Kan, lumayan juga dapat dollar,“ ungkapnya bangga.
Semua itu dilakukan perempuan yang sudah dikarunia satu anak ini karena tak ingin membebani kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya adalah pemilik usaha Panglima Photo di Kota Palu.
Pekerjaan itu digelutinya di sela-sela perjuangannya meraih gelar Bachelor of Biomedical Science di University of Melbourne, Australy (2005).
Usai menyelesaikan pendidikan S-1nya di Australia, Jean tak langsung memilih pulang. Dia malah memilih melanglang buana mencari pengalaman baru. Mencoba-coba mengaplikasikan ilmu yang sudah diperolehnya dari negeri Kanguru. Dari Australia dia kemudian hijrah ke negeri Singa, Singapura pada 2007.
Di sana, istri dari Yanto Gunawan ini juga memutar otak bagaimana agar tetap bisa bertahan hidup. Untuk menyokong perjuangannya melanjutkan studi khusus untuk kecantikan di International Diploma Cidesco, Singapura. Di negeri tetangga itu, ibunda dari Hannah ini lagi-lagi kuliah sambil bekerja.
Kali ini, bidang kerjanya sedikit agak bersentuhan dengan disiplin ilmu yang tengah digelutinya.
Dia bekerja di sebuah perusahaan penjualan alat kecantikan. Dengan posisi sebagai Trainer/Product Application Specialist. Meski sesuai bidang ilmu, namun, pekerjaan yang dijalani Jean tidak mudah. Membutuhkan energi dan kegesitan.
Dia harus turun naik bus sambil menenteng alat-alat kecantikan untuk dipromosikan. ’’Pokoknya, lari-lari kecil ikut bos saya sambil tenteng barang jualan. Wah, itu berat sekali. Karena harus bekejaran dengan bus kota. Ga kayak anak orang kaya lain pakai mobil. Saya tinggal di satu buah kamar kos kecil, kemudian kemana-mana naik bus. Tak ada transportasi pribadi, ‘’ kenangnya.
Namun, karena didasari kecintaan dan passion, Jean mengaku menikmati itu semua detik-detik perjuangan itu.
Dan, lewat pekerjaan itu pulalah, rupanya menjadi cikal bakal Jean mengembangkan kemampuan dan talentanya di bidang medical aesthetician (ahli kecantikan).
‘’Disinilah sebenarnya saya banyak dapat ilmu tentang kecantikan. Untungnya bos saya baik. Jadi setiap habis presentasi dengan dokter-dokter, saya diizinkan juga untuk bisa masuk ke ruang khusus pameran alat kecantikan. Dari situ saya banyak kenal dan mengetahui cara kerja alat-alat kecantikan,’’ terang perempuan yang pernah bermimpi menjadi dokter ini.
Ketika di Singapura, selepas dari Australia, Jean juga pernah bekerja di Bank HSBC (Hongkong Shanghai Bank Coorporation). Namun, pilihannya itu ditentang orangtuanya. ‘’Orangtua saya menentang karena dipikir ndak nyambung sama sekali dengan ilmu yang saya pelajari,’’ ungkapnya tertawa.
Setelah merasa mumpuni dan mantap dengan ilmu yang diperolehnya, dia kemudian akhirnya memutuskan pulang ke tanah air setelah dua tahun mencoba peruntungan di Singapura.
‘’Saya balik Indonesia, 2010. Setelah 2007-2009 di Singapura,’’sebutnya.
Sebelum akhirnya memutuskan membuka usaha klinik kecantikan yang kini beralamat di Jalan Sis Aljufri, Jean sempat membantu juga di usaha orangtuanya selama setahun. Hingga akhirnya atas dukungan orangtuanya, dia membulatkan tekadnya untuk merintis bisnis kecantikan ini setahun sebelum dirinya menikah.
“Saya percaya bahwa hidup itu butuh proses. Kesuksesan itu bukan sebuah jalan lurus. Dia itu ibarat garis naik turun, gelombang dan corat-coret. Namun, bagi orang yang tekun, dan menyandarkan semua pada kekuatan Tuhan pasti akan capai juga titik kesuksesan itu,”prinsipnya.
Satu lagi kata Jean yang tak boleh dianggap sepele dari sebuah perjuangan adalah jangan pernah memandang rendah apapun pekerjaan. Sebab, terkadang dari yang tak dianggap itulah sebenarnya kesuksesan itu tercapai.
“Rasa tahu bersyukur pada Tuhan juga akan membuat kita semakin kuat dan mengerti apa artinya hidup. Kalau kita tekun dan sabar dalam suatu penderitaan pasti akan berbuah manis,“tuturnya lagi.
Usaha Klinik Kecantikan Skin Origin milik Jean kini telah berjalan empat tahun sejak berdiri pada 2011 silam.
Jean pun berharap, usaha yang dirintisnya ini tak sekadar untuk tujuan profit semata. Namun, yang paling penting lewat usaha ini, dia berharap bisa memberi warna dan manfaat bagi orang lain. Baik itu bagi para pegawai yang bekerja padanya maupun bagi pelanggan yang bertandang ke tempat usahanya.
“Cause I love my job. Saya berharap orang kesini bukan hanya ingin mendapat hasil perawatan kecantikan yang maksimal, namun lebih dari itu. Bisa menjadikan saya dan tempat ini sahabat dan tempat bertukar pengalaman,” tutupnya bangga. (mariasandipu)