KKN di Jono Oge Sigi, Mahasiswa UGM Tinggal di Huntara

  • Whatsapp

GEMBIRA – Sedikitnya 25 mahasiswa UGM dari berbagai disiplin ilmu memilih Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, sebagai lokasi KKN. Foto: DOK MAHASISWA KKN

PALU EKSPRES, SIGI – Dua pekan kedepan, 18 Agustus 2019, mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) Yogjakarta akan merampungkan tugas pengabdiannya bersama warga korban gempa bumi dan liquefaksi di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru – Sigi.

Sedikitnya 25 mahasiswa UGM dari berbagai disiplin ilmu memilih Desa Jono Oge, sebagai lokasi KKN nya. Sebuah desa kecil di Sulawesi Tengah yang nyaris hilang dari peta Kabupaten Sigi, usai dihajar gempa September tahun lalu.

Muhammad Fawwaz Rifasya (21), mahasiswa jurusan ilmu politik termasuk salah satu peserta yang ikut dalam KKN kali ini, menjelaskan, saat berangkat dari Yogja sudah diberitahu akan menuju ke Sulawesi Tengah di daerah terdampak gempa. Karena itu mereka membekali diri dengan bermacam peralatan khas suasana darurat. Tenda kecil, senter, sleeping bag adalah sebagian kecil peralatan yang mereka bawa.

Namun sesampainya di lokasi KKN, mereka tidak jadi tinggal di tenda. Tetapi tinggal di bilik huntara (hunian sementara) yang ditinggalkan oleh pengungsi. Tak tanggung-tanggung, mereka mendapat lima bilik. Empat untuk tempat tidur, peserta perempuan dan laki-laki – satu lagi untuk dapur umum.

Kegiatan KKN ungkap Fawwas, sapaan akrabnya disesuaikan dengan kondisi warga. Umumnya, seputar pemulihan pascabencana serta usaha bisnis. Mulai sosialisasi dan mitigasi bencana berbasis pengetahuan lokal, tata cara cocok tanam, proses belajar mengajar bagi anak-anak dan menanam pohon hingga pembinaan usaha kecil menengah. Kemudian, ada keterampilan membuat hidroponik serta menguji kelaikan air. Menurut pria ramah ini, peserta KKN yang berasal dari beragam disiplin ilmu, memudahkannya mengeksekusi kegiatan dengan baik karena didukung dengan sumber daya yang memadai.

Rekannya, Bernarda Rismarinni Pudyabrata (21) menjelaskan, untuk melaksanakan program di masyarakat, mereka dibagi pada tiga cluster (gugus). Yakni, perseorangan kemudian cluster berdasar kelompok jurusan serta gabungan jurusan. Beruntung kata dia, mereka mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Sekalipun warga Jono Oge dan sekitarnya masih dalam suasana duka, namun mereka tetap antusias menerima kehadiran mereka. ”Saat kami melakukan sosialisasi dengan masyarakat mereka selalu antusias,” ungkap Sima, panggilan gadis lincah ini.

Pos terkait