Warkop Mobile, Kreativitas di Era Disrupsi

  • Whatsapp
IMG_20200105_083350

Oleh Hasanuddin Atjo (Kepala Bappeda Sulteng)

Warkop adalah singkatan dari warung kopi. Juga ada yang sebut cafe, bahkan lebih mentereng DPRD “tingkat tiga”.

Bacaan Lainnya

Berlokasi di tempat strategis dan biasanya untuk nongkrong sejumlah orang. Mulai sekedar menikmati kopi sambil ketemuan tanpa topik, mendiskusikan problem sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan. Bahkan transaksi yang disebut dengan istilah Palugada, “ Apa Lu mau , Gua ada”.

Di era disrupsi yang ditandai dengan industri digital, bisnis konvensional seperti taxi argo meter telah berbagi dengan taxi aplikasi seperti Grab dan Gojek yang membuka kesempatan kerja lebih banyak, memberi kemudahan kepada pengguna karena tidak perlu menunggu di pinggir jalan.

Warkop juga terlihat mulai terdeferensiasi dari statis ke mobile yang dijajakan dengan kendaraan roda dua bermotor seperti yang mulai berkembang di kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Bisa jadi defrensiasi ini karena sekadar mengikuti trend atau memang sebuah tuntutan dan kebutuhan. Menarik untuk menjadi studi atau praktek pelajaran tertentu bagi siswa pendidikan menengah atau strata satu.

Jumat tanggal 3 Januari tahun 2020, seperti biasa selesai olahraga pagi bersama hampir seluruh pegawai, tiba-tiba melintas sebuah sepeda motor dengan boncengan box seperti penjaja bakso, kemudian mermarkir roda duanya di halaman kantor persis disamping gedung utama.

Beberapa pegawai utamanya pria menuju ke motor roda dua itu. Reka dalam pikiran saya “dasar bapak-bapak”, karena penjajanya wanita muda yang tampil menarik maka mereka sepertinya berebutan menyerbu.

Saya kemudian agak penasaran dan bertanya kepada salah satu staf, dagangan apa itu…..?. Kemudian dijawab anu pak…. “Kopi bisa pasiar”. Eh… apa itu !! dan membuat saya ingin mengetahui lebih jauh dan terpaksa ikut mendekat. Yang pertama saya lihat adalah tulisan di lambung box dagangannya tertulis “ Kopi Bisa Pasiar” lengkap dengan no kontak dan Whats App. Dalam hati saya berkata boleh juga taglinenya.!

Assalamualaikum mbak, apa boleh bertanya ? Oh silahkan pak. Usaha “Kopi bisa Pasiar” ini milik mbak ?. Oh.. oh bukan pak , ada bosnya, saya hanya menjalankannya. Saya tanya lebih lanjut berapa harga per cup, berapa omset per hari dan bagaimana sistem gajinya atau kerjasamanya. Si mbak seperti ragu-ragu menjawab “dikiranya” saya ingin mengetahui racikan kopinya yang memang sudah banyak penggemarnya. Setelah salah satu staf saya berucap mbak! bapak ini komandan di tempat ini.

Pos terkait