Covid 19 dan Nilai-Nilai Pancasila

  • Whatsapp
Nur sangaji

Oleh Nur Sangadji

Waode Rina dari Radio Republik Indonesia (RRI), meminta saya beri pikiran tentang Covid19 dan nilai-nilai Pancasila. Ini bertepatan dengan peringatan hari lahirnya Pancasila, 01 juni 2020. Saya beri uraian yang kemudian disiarkan malalui udara.

Bacaan Lainnya

Sahabat di RRI ini bertanya, apa aktualisasi nilai-nilai Pancasila di era Covid 19 ini ? Saya bilang sangat aktual dan substansial. Di saat inilah, kita sadar bahwa virus yang tidak nampak itu membuat kita tidak berdaya. Hanya kekuatan Ilahi, Tuhan yang maha esa, menjadi sandaran terakhir. Karena itu, kita punya sila, Ketuhanan yang maha esa (belive the supreme of God).


Banyak pemimpin dari negara berhaluan komunis dan kapitalis, justru menghiba kepada kaum agamawan untuk berdoa bersama. Falsafah sebuah negara yang tidak menyertakan Tuhan, boleh jadi dipaksa untuk mengakui. Bahwa, ikhtiar manusia selalu ada batasnya.

Ada filisuf religi pernah bilang begini. “Si vous pensez forchement, vous allez etre oblige de croire le dieu”. “Bila kamu berfikir keras, kamu akan tiba pada pengakuan akan adanya Tuhan”. Dan, covid 19 memberikan fakta empericalnya.

Semua idiologi di dunia sedang diuji oleh virus. Kita punya lima prinsip (sila). Ada Tuhannya. Perancis punya 3 prinsip. Tapi, tidak ada Tuhannya. Mereka hanya punya, liberte (bebas), eqalite (setara) dan fraternite (persaudaraan). Tentu, ketiga hal ini dibutuhkan hadapi covid 19. Namun, tanpa kehadiran Tuhan, semuanya terbukti frustatif.


Di era covid ini juga, nilai-nilai kemanusiaan harus hadir berlipat-lipat. Karena, begitu banyak korban bermunculan di sekitar kita.

Solidaritas sosial dan jiwa gotong royong atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, sedang dibutuhkan sekali, sekarang. Nilai yang sesungguhnya mengekspresikan identitas kita sebagai bangsa.

Kita juga butuh kekompakan bertindak. Tidak boleh sendiri-sendiri. Bukankah itu yang membuat kita lama dijajah ? Persatuan membuat kita kuat. Dia telah jadi semboyan di seantero negeri. Sebagai misal. Di Palu, kami bilang Nosarara Nosabatutu (bersaudara dan bersatu). Orang Ternate-Tidore sebut, Marimoi ngone Futuru (bersatu kita kuat). Pokoknya, bersatu kita mudah melakukan sesuatu. “Togetherness make everything easy to be done”.

Pos terkait