Pendidikan yang Mendewasakan

  • Whatsapp
MHD Natsir. Foto: Istimewa

Oleh MHD. Natsir*

PADA pinsipnya pendidikan merupakan upaya untuk mendewasakan peserta didik. Dewasa dalam pengertian meningkat pengetahuannya, berubah sikapnya menjadi lebih baik dan memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, tidak hanya fokus pada peningkatan kognitif, tetapi melupakan kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Sehingga hasil akhir dari pendidikan yang mendewasakan adalah lahirnya peserta didik yang mampu mewujudkan ilmu yang sudah diperoleh bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat sekitar. Bukan hanya dewasa “casingnya” tetapi balita kualitasnya.

Bacaan Lainnya

Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat sampai saat ini pembelajaran daring yang sedang berlangsung terkesan lebih banyak mengisi ruang kognitif peserta didik dan belum maksimal dalam memberikan bimbingan pada peningkatan kemampuan afektif dan psikomotoriknya. Padahal membangun aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang dan berkesinambungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi.

Untuk mewujudkan pendidikan yang mendewasakan, maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bersama, pertama dalam pendidikan yang mendewasakan guru berperan sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator tugas pendidik adalah menciptakan berbagai aktivitas yang dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat langsung dalam keseluruhan proses pendidikan. Menggabungkan berbagai unsur pokok dari penyelenggaraan pendidikan agar proses belajar menjadi efektif melalui proses interaksi antar peserta didik dan pendidiknya.

Kedua, Pendidik memiliki peran yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas kompetensi peserta didiknya. Pendidik harus mampu mengembangkan potensi diri peserta didik melalui pembelajaran yang kreatif dan kontekstual. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya program-program pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas peserta didik.

Ketiga, menghargai beragamnya potensi yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Karena peserta didik bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman sama sekali. Terkadang mereka lebih menguasai sesuatu dibanding pendidiknya itu sendiri. Dalam hal inilah konsep guru yang murid dan murid yang guru berlaku. Guru bisa saja dapat pengetahuan baru dari siswa, tanpa dia harus merasa rendah diri.

Pos terkait