Mencukur atau Mencabut Bulu Kemaluan, Mana yang Tepat?

  • Whatsapp
ILUSTRASI. Foto: ISTIMEWA

PALU EKSPRES – Bulu-bulu halus pada ketiak dan kemaluan berfungsi sebagai lapisan ekstra pelindung kulit. Karena mengenakan pakaian, pentingnya bulu pada tubuh malah diabaikan. Biasanya, karena dirasa mengganggu penampilan, kaum hawa memilih untuk memangkas bulu pada tubuhnya. Namun, apakah kegiatan menghilangkan bulu halus di kulit tubuh baik dilakukan?
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin sekaligus pemilik klinik perawatan kulit DNI Skin Centre, Dr. dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, selain sebagai lapisan ekstra, bulu juga berfungsi membantu penyerapan keringat. Adanya bulu di kulit mencegah keringat berlebih, sehingga menjaga suhu ketiak dan kemaluan tetap normal.
“Karena bulu memiliki fungsi yang cukup penting, sebaiknya jangan dihilangkan total. Tetapi dirapikan secara teratur dengan gunting atau bisa digunakan laser agar tumbuh bulu lebih halus,” ujarnya, sebagaimana dirilis Bali Ekspres, Rabu (10/2/2021).
Mencukur atau mencabut bulu masing-masing memiliki keuntungan dan kekurangan. Keuntungan mencukur yaitu cepat, murah, mudah dilakukan, dan tidak menimbulkan rasa sakit, Namun saat mencukur, dr. Darmaputra menyarankan, agar membersihkan terlebih dahulu daerah yang hendak dicukur untuk mencegah infeksi bakteri dan jamur. Sedangkan keuntungan dari mencabut bulu yakni bulu tercabut hingga akarnya, sehingga bulu lebih lama tumbuh kembali. Risikonya, bulu yang tumbuh nantinya akan terasa lebih tebal.
“Mencabut bulu dapat dilakukan setelah mandi air hangat. Saat itu folikel terbuka sehingga tidak terlalu sakit. Nah, bagi orang berisiko rambut tumbuh ke dalam, baik mencukur atau mencabut bulu tidak direkomendasikan, lebih disarankan penggunaan laser hair removal,” katanya.
Umumnya, mencukur memunculkan dampak rasa gatal dan kemerahan. Hal ini lantaran memotong bulu terlalu pendek. Rasa gatal juga disebabkan oleh bulu yang dicukur saat tumbuh kembali tidak tumbuh keluar dari kulit namun tumbuh ke dalam kulit atau yang disebut in grown hair. Sedangkan dampak dari mencabut yakni menimbulkan rasa sakit. Mencabut bulu membutuhkan waktu yang lama. Dan meninggalkan lubang di kulit, yang dapat menjadi pintu masuk bagi bakteri dan jamur. Keduanya pun sama-sama dapat menyebabkan iritasi dan infeksi jika dilakukan terlalu sering dan tidak benar.
Setelah mencukur atau mencabut bulu ketiak, disarankan tidak memakai deodoran. Pada saat mencukur atau mencabut dapat menyebabkan terkikisnya lapisan minyak di ketiak. Hal itu menyebabkan kulit lebih sensitif dan rentan infeksi. “Maka penggunaan deodoran ini dapat memicu terjadinya iritasi. Sebaiknya kembalikan kondisi kulit ketiak ke kondisi normal dahulu. Tunggu selama 24 jam sebelum menggunakan deodorant,” sarannya.
Namun, bagaimana jika sudah terjadi iritasi? Hal utama yang harus dilakukan yakni mengetahui penyebab iritasi; apakah disebabkan oleh deodoran atau alergi lainnya. Hentikan sementara penggunaan bahan-bahan kimia pada ketiak atau kemaluan. Pihaknya juga menegaskan agar jangan menggaruk daerah yang mengalami iritasi, karena dapat memicu terjadinya infeksi. “Jika kondisi semakin parah, segera konsultasikan ke dokter spesialis kulit dan kelamin untuk mendapat penanganan dan obat yang tepat,” pesannya. (ika/bali ekspres)

Pos terkait