Belajar Daring Beri Dampak Serius Anak Indonesia

  • Whatsapp
ANAK INDONESIA - Belajar daring memberi dampak pada anak-anak Indonesia. Foto: STC

“Teman—teman saya yang tinggal di desa, susah untuk mendapat sinyal. Dan banyak dari mereka juga yang tidak punya handphone. Jadi kadang sama sekali tidak belajar atau susah dapat informasi dari ibu guru, padahal mereka sangat ingin belajar.” Stella, 15 tahun dari Nusa Tenggara Timur – perwakifan Children & Youth Advisory Network (CYAN) Save the Children Indonesia.

Selain itu, tantangan terbesar juga adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk anak. Studi Global Save the Children menemukan bahwa dua pertiga atau 63 persen anak perempuan lebih banyak dibebani tugas rumah, dibanding anak laki—laki (43%). Hal ini juga relevan dengan pengakuan 23 persen orangtua yang mengasuh dalam kondisi tertekan karena situasi pandemi. Selain itu, 1 dari 8 orangtua menyatakan telah terjadi kekerasan di rumahnga. Suara anak yang ingin sekolah/madrasah segera dibuka karena takut dikawinkan pun, juga patut menjadi perhatian.

Bacaan Lainnya

Lebih jauh ia mengatakan, mengatasi tantangan tersebut, penguatan kemampuan resiliensi (beradaptasi dan bertahan) serta berinovasi dalam proses pembelajaran dan pengajaran dalam sektor Pendidikan sangat diperlukan. Upaya memastikan anak dapat tetap belajar tanpa dibatasi sekat ruang kelas melalui model hybrid learning — yakni penggabungan model belajar tatap muka / luring, mandiri mengunakan komputer, maupun secara virtual / daring — harus menjadi model pembelajaran. Mengingat banyak sekolah berada di area rawan bencana, selain potensi berkembangnya pandemi seperti saat ini.

Menurut dia, hal ini memerlukan dukungan program untuk meningkatkan kompetensi guru, pihak sekolah, dinas terkait, juga memaksimalkan potensi anak dan remaja, orangtua dan keluarga, pengasuh, serta kolaborasi dengan komunitas, mitra pembangunan, swasta, industri, serta seluruh elemen pemerintah. (kia/palu ekspres)

Pos terkait