PALU EKSPRES, MOROWALI– Ada beberapa capaian kemajuan pembangunan yang dikerjakan pemerintahan Taslim- H. Najamudin (Tahajud) dalam menjalankan visi misinya “Kerja Kongkrit, Nihil Retorika kurun waktu 2019 hingga 2020 di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Beberapa catatan-catatan capaian kegiatan tersebut menurut Ketua Dewan Pakar DPD Partai NasDem Morowali, Kuswandi di antaranya;
Pertama, Pemerintahan Tahajud mampu mengendalikan pengelolaan anggaran daerah dengan predikat wajar tanpa pengecuaalian (WTP) tiga tahun berturut-turut.
“Ini adalah capain pengelolaan anggaran secara baik, dan merupakan bahagian dari upaya pemeritahan Tahajud dalam mewujudkan misi tata kelola pemerintahan yang baik,” kata Kuswandi yang juga ketua DPRD Morowali dihubungi dari Palu, Sabtu (19/6/2021).
Ke dua, Pemerintahan Tahajud berhasil mendongkrak realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Morowali. Menurut Kuswandi, jika membandingkan realisasi pendapatan pada tahun 2019 sebesar Rp 1,165 triliun dan tahun 2018 sebesar Rp 1,095 triliun. Maka PAD pada 2020 mencapai Rp 295, 936 Miliar, sedangkan pada 2019 nilainya Rp221,96 miliar, dan 2018 sebesar Rp181,23 Miliar. Capain ini katanya, tentu merupakan salah satu bentuk kreativitas dan inovasi pemerintahan dalam memaksimalkan tata kelola potensi sumber-sumber pendapatan daerah.
Ke tiga, Pemerintahan Tahajud mampu mengendalikan belanja daerah secara efesien, tanpa melakukan pemangkasan pada belanja modal yang diperuntukan bagi realisasi program yang menyentuh kepentingan masyarakat. Akan tetapi melalui efesiensi pada belanja bahan pakai habis dan jasa kantor, belanja makanan dan minuman, belanja perjalanan dinas, belanja jasa konsultasi, belanja operasional, serta belanja barang dan jasa lainnya. Menurut Kuswandi, upaya ini merupakan bagian dari keberhasilan dalam kinerja pengelolaan keuangan yang merupakan bagian dari misi pencapaian tata kelola pemerintahan yang baik .
Ke empat, Pemerintahan Tahajud sukses mendorong petani sawah untuk mengembangkan pertanian organik dengan peningkatan produksi hasil pertanian mencapai 8 ton per hektare, serta dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk organik yang relatif mahal dan tidak ramah lingkungan. Pertanian organik juga mengajarkan pada petani untuk kembali mempraktekkan bentuk kearifan budaya pertanian leluhur yang mestinya dilestarikan.