Dua Hari Bersama Dua Bupati

  • Whatsapp
Muhd Nur Sangadji. Foto: Dok

Oleh: Muhd Nur Sangadji

PARUH akhir di bulan February 2022, saya berkesempatan ke Morowali lagi. Kali ini, datang untuk ikut menjadi team seleksi jabatan pimpinan tinggi pratama. Bersama saya, ada Prof Jayani dan Assoc. Prof Slamet Riyadi. Dahulu, sekitar dua tahun lalu, saya ke sini bersama sejumlah teman untuk bikin dokumen KLHS mereka. Dahulu sekali, sekitar 30 tahun lalu, saya malah tinggal di sini untuk bangun kebun kelapa sawit sebagai asisten manajer di perusahaan swasta nasional.

Bacaan Lainnya

Kemarin, saya baru saja dapat kabar. Perusahaan ini termasuk satu dari sekian yang dicabut izin operasinya. Sedih juga mendengarnya.

Nah, berkaitan kunjungan inilah saya berkesempatan berjumpa dua Bupati dalam waktu dua hari berturut-turut. Bupati Morowali, Drs. Taslim. Dan, Bupati Morowali Utara, Dr.dr. Delis. Ini dua manusia dengan latar belakang berbeda tapi mengurus hal yang sama sebagai seorang Bupati. Bupati Taslim adalah seorang politisi berbaju partai. Tapi, berlatar belakang ekonomi. Sedangkan dr Delis merupakan politisi berbaju perwakilan daerah berlatarmbelakang dokter. Keduanya memimpin satu wilayah bernama sama, dengan sedikit tambahan letak. Morowali dan Morowali Utara.

Negeri bernama Morowali ini menjadi sangat populer di Indonesia saat ini. Kepopulerannya mulai mengalahkan Donggi-sinoro di Kabupaten Banggai. Di sini, ada desa bernama Bahudopi. Tanahnya menyimpan deposit nikel berton-ton. Saya pernah lihat kapal bertonase “ultra cargo Carrier” berlabuh di pantainya. Saya juga pernah masuk berdialog dengan managemennya. Pokoknya, desa Bahudopi tersulap menjadi kota tambang.

***
Kabarnya, masih ada deposit lain yang tersebar di desa yang lain. Kandungannya berlipat ganda. Ada mobilisasi alat berat sudah dikerahkan. Pemrakarsanya, dari Cina. Saya singgah ke tempat itu. Kampungnya bernama Topogaro. Di desa ini, saya pernah main bola 20-an tahun silam. Sedikit lagi, nasibnya akan berubah menjadi pikuk.

Masyarakat mulai melepaskan aset tanah mereka. Harganya membengkak ratusan kali lipat. Nilai tanahnya naik tajam. Orang kampung kaya mendadak. Ruang nafkah ini berpindah tangan. Tidak mengapa, karena ada banyak tanah yang selama ini tertidur pulas (sleeping land). Atau, bangun tapi kurang produktif.

Saya berfikir, ada dua jalan aman. Pertama, bangun sistem sewa saja. Atau, jadikan mereka sebagai pemilik saham. Kedua, lepas dengan harga layak. Lalu, alihkan modal pada usaha produktif. Di titik inilah peran pemerintah sangat ditunggu. Kalau tidak, kita sedang mencetak bom waktu bernama kemiskinan kronis. Meletus satu waktu. Bila benar terjadi letusan, sama ironiknya dengan ayam yang mati lapar di lumbung padi.

Pos terkait