Mengutip UNICEF, Wapres menyebut bahwa pada tahun 2040 kira-kira satu dari empat anak di seluruh dunia akan tinggal di daerah yang tingkat kesulitan mendapatkan airnya sangat tinggi.
“Sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia, sehingga ketersediaan air per kapitanya terendah di dunia. Masalah tersebut diperburuk dengan tingkat pencemaran air yang tinggi dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah,” tandasnya seperti dalam keterangan pers yang diterima PaluEkspres, Senin.
Hal krusial lain kata Wapres, adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari total ketersediaan air. Sementara penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050.
Dari sekian masalah tentang air ini, Wapres menggarisbawahi salah satu isu yang mengemuka dan membutuhkan perhatian di tingkat internasional yaitu ketersediaan air bersih.
Rendahnya akses terhadap infrastruktur dasar yang meliputi air bersih, sanitasi, dan listrik sangat berkorelasi pada penanganan tiga masalah yang saat ini menjadi fokus kerja pemerintah Indonesia.
Tiga hal ini yaitu, penghapusan kemiskinan ekstrem, kedua, pembangunan sumber daya manusia yang unggul, dan ketiga penurunan angka stunting.
Menurut Wapres, Ketiadaan air bersih di suatu wilayah menandai kemiskinan dan ketimpangan. Di wilayah-wilayan miskin ekstrem umumnya akses terhadap air bersih sangat rendah.