Baca juga : Nur Sangadji: Majunya Sulteng Ditentukan Untad
Di sebelahnya ada aula, tempat pertemuan pertama. Di tempat ini, Bapak Samsuddin Hi Halid mengumpulkan mahasiswa baru penerima beasiswa yang masuk tanpa tes. Kala itu, Bulan Mei tahun 1982. Saya ada dalam kumpulan mahasiswa baru itu. Satu satunya kawan dalam deretan yang masih saya ingat adalah Baharudin Hi Hasan. Memori ku tak sanggup lagi mengingat mereka yang lain.
Baca juga : anggota-dprd-diminta-dahulukan-agenda-dewan
Di Aula ini juga, saya pernah mendebat Kolonel Zainal Palaguna. Komandan KOREM 732 Tadulako yang kemudian menjadi gubernur Sulawesi Selatan. Kami para ketua Senat mahasiswa Universitas Tadulako terlibat diskusi dengan beliau. Diskusi agak panas saat bicara premis peran tentara dalam peristiwa penembakan Bromocorah. Zaman itu, Panglima ABRI adalah Jenderal LB Murdani. Pokoknya, gedung gedung itu menyimpan cerita yang sama tua dengan fisiknya yang kian remuk.
*****
Baca juga : /38861/jangan-biarkan-k2-berjuang-sendiri
Sekarang tahun 2022. Artinya, sudah 41 tahun, berpijak dari tahun dalam prasasti pengresmiannya. Pada umur yang mencapai setengah abad itu, gedung gedung itu masih ada. Tapi, kalau dia manusia, pasti menderita karena di biarkan terlantar.
Ingatanku tertuju saat mengunjungi Universitas Kassesart di Bangkok Thailand, tahun 2019. Saya menyaksikan bagaimana kampus itu memelihara sejarahnya untuk diteruskan kepada generasi mereka. Kampus itu membangun gedung khusus, dua lantai. Itulah museum yang menyimpan semua benda peninggalan sejarah sejak berdirinya hingga saat ini. Benda sekecil pisau dan parang. Pacul, skop dan bahkan, baju yang dikenakan rektor pertama dan para tokoh saat universitas itu di bangun. Tersimpan rapi dan terawat apik. Itulah salah satu gedung yang paling bersih dan steril untuk menjamin keawetan dari benda benda sejarah itu.
Baca juga : antara-harapan-dan-tantangan
Semogalah generasi baru Universitas Tadulako, ada kewarasan untuk menjaga aset sejarah mereka yang tersisa. Mengapa penting ? Karena, hanya generasi yang tahu berterima kasih dan menghargai jasa jasa pendahulu yang akan bertindak mulia. Merawat aset yang di wariskan oleh pendahulunya. Mereka tidak akan “sampai hati” membiarkannya melapuk. ***