Bangun Budaya Bahwa Anak adalah Investasi

  • Whatsapp
Bangun Budaya Bahwa Anak adalah Investasi
Bangun Budaya Bahwa Anak adalah Investasi. Dr. Hasanuddin Atjo, MP. Foto: istimewa

Menarik didiskusikan bagaimana korelasi antara tingginya stunting dengan kemampuan berpikir dan ketrampilan seseorang. Menurut sejumlah ahli bahwa stunting lebih berkorelasi dengan kualitas otak anak. Kecukupan akan asupan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan menjadi poin penting, selain menjaga kesehatan Ibu dan anak.

Otak anak berkualitas, sekitar 80 persen disusun oleh asam lemak yang berasal dari protein hewani, antara lain dari ikan, daging, susu dan telur. Program gemarikan dari KKP merupakan contoh sosialisasi dan kampanye makan ikan yang dinilai efektif dalam rangka edukasi dan intervensi berkait asupan gizi. Demikian pula halnya program lain seperti progran sejuta telur, serta menu tambahan lain bagi balita.

Program Kementrian tersebut pada beberapa tahun terakhir tidak lagi segencar dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, terutama dari sisi alokasi anggaran di pusat dan daerah serta keseriusan didalam mengimplementasikan program program tersebut dalam sejumlah kegiatan.

Sesungguhnya program bantuan dana desa yang besarannya 1 – 1,5 milyar/desa setiap tahunnya antara lain dapat dipakai untuk penurunan angka stunting, tinggal menambah menu program, bila belum tersedia. Terhadap pemanfaatan dana desa ini, harus dibuat role model yang sudah bebasis digitalisasi.

Desa desa dengan tingkat stunting ekstrim tinggi di setiap kabupaten dapat dijadikan role model yang akan terkoneksi secara digital dengan tim koordinasi penurunan angka stunting tingkat Kabupaten dan Provinsi serta Pusat .

Saat ini sudah ada aplikasi digital seperti aplikasi D – Desa yang bisa dimanfaatkan. Pemanfaatan sejumlah mahasiswa yang ber KKN menjadi agen perubahan didalam mengkompanyekan stunting dan cara menurunkannya tentu menjadi poin yang bisa membantu.

Berdasarkan data yang dirilis oleh ADB (2020j, tingkat IQ, Intelegent Question rata rata warga Ibdonesia sekitar 78,9 , berada di peringkat ke 10 di Asean dibawah beberapa negara lainnya seperti Kambodia yang mendekati angka 100 poin. Kondisi ini tentunya harus menjadi warning dan kepedulian seluruh stakeholders di Pusat dan Daerah

Pada saat menjadi konsultan FAO
untuk Kombodia tahun 2017-2018 mendapat informasi dari beberapa warga bahwa kehadiran seorang anak dalam keluarga dipandang sebagai investasi atau aset yang tidak ternilai. Dan ini telah menjadi budaya secara turun temurun dan terus dipertahankan dan dipupuk sebagai kebisaan yang benar.

Pos terkait