Malah Indonesia diperkirakan akan mengalami lonjakan penduduk usia produktif pada tahun 2045. Indonesia disebut akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun). Sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan diatas 65 tahun). Ini diperkirakan pada periode tahun 2020-2045.
Pandangan Pakar soal childfree?
Hasto Wardoyo kepala BKKBN itu percaya bahwa Indonesia masih lama untuk mengalami krisis demografi akibat pilihan childfree.
Setidaknya pendapat Hasto ini sama dengan pakar sosiologi Universitas Indonesia yang kini menjabat sebagai Peneliti dan Pengajar Tetap Vokasi UI, Devie Rahmawati.
Menurutnya, tradisi dan kultur kental di Indonesia membuat childfree banyak ditentang di masyarakat.
“Walaupun diskursusnya sekarang naik, belum tentu di lapangan praktiknya terjadi. Karena kompleksitas masyarakat kita sangat tinggi,” kata Devie seperti dilansir BBC News Indonesia.
Dia yakin Indonesia tidak akan menghadapi masalah populasi menua seperti China ataupun Jepang dalam waktu dekat. Untuk sampai pada titik itu, kata Devie, Indonesia akan memerlukan waktu 40-50 tahun.
Karena katanya, kecendrungan kompleksitas tradisi lalu sosial yang menganggap pernikahan tanpa anak adalah tabu. Meskipun dia meyakini bahwa banyak orang sekarang yang cara pandangnya sudah terbuka.
“Akibat teknologi dan informasi maka perubahan perilaku itu juga bisa dengan cepat terjadi,” jelasnya.
Seperti pandangan Psikolog yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo.
Ratna mengatakan sejatinya memiliki anak adalah sesuatu yang mengikat hubungan suami istri atau keluarga menjadi lebih utuh seperti dikutip dari Kompas.com.
Ini berbeda dengan pandangan orang-orang yang memilih untuk childfree yang tidak ingin memiliki anak karena tidak ingin repot dan terganggu hubungan dengan pasangan.
Ratna menyampaikan, mereka yang tidak ingin memiliki anak dalam pernikahan biasanya memiliki motif dan kepentingan tersendiri.
Selain itu, kata dia, biasanya orang-orang beranggapan bahwa tidak memiliki anak itu memudahkan mereka dalam pekerjaan dan lainnya. Ada beberapa alasan kepentingannya yang lebih ke egosentris, karir, kedudukan, dan materi.