Bila Ramadhan Datang Lagi

  • Whatsapp
Cendikiawan yang tak Pernah Menyerah Menuntut Ilmu
Cendikiawan yang tak Pernah Menyerah Menuntut Ilmu. Penulis H Syamsu Nur, Komisaris Fajar Indonesia Coorporation (FIC)/ Foto: Istimewa

Oleh: H Syamsu Nur

Teringat masa kecil. Rasa gembira bukan kepalang, bila  bulan Ramadhan tiba. Bayangan liburan panjang.  Bertemu sesama teman di Masjid dan Surau. Bertadarus, saling membangunkan untuk makan sahur dengan gendang. Shalat subuh di Masjid jadi ramai.  Anak muda memenuhi masjid yang kemudian melanjutkan jalan subuh sampai ke pinggir pantai.

Kemeriahan ramadhan adalah acara buka bersama, yang boleh dikata hampir setiap hari bergiliran dari rumah ke rumah. Dan lebih meriah lagi apabila hari Raya Idul fitri tiba. Pakai baju baru dan saling mengunjungi kerabat dan handai tolan. Bagi anak-anak seusia Sekolah Dasar berkeliling rumah sambil menyapa tuan rumah :

“Assalamu Alaikum”

“ Silahkan makan kue lebaran. Ada juga buras dan ketupat dan ayam goreng”, begitu umumnya tuan rumah menyambut anak-anak yang datang berombongan.

Tidak usah kue pak, uang saja.” Jawaban seru dan spontan dari anak-anak tanpa malu.

Maka uang seribu, dua ribu dan lima ribu jadi rebutan anak- anak dengan gembira. Memang setiap hari Raya uang kecil dan baru sudah dipersiapkan. Anggaplah sedekah tahunan bagi-bagi uang untuk memeriahkan sebagai warna lebaran bagi kaum muslimin.

Suasana seperti ini pernah hilang selama dua sampai 3 tahun. Tidak ada ramai-ramai di Masjid. Tidak ada juga acara buka puasa bersama. Tidak ada lebaran yang meriah. Copid19 telah mengubah suasana. Pokoknya suasana lebaran yang sepi kunjungan. Rumah sahabat dan handai tolan tidak dikunjungi lagi. Kecuali keluarga dekat lah yang menghiasi kunjungan silaturrahmi.

Terasa ada yang hilang. Kerinduan suasana puasa dan lebaran menjadi “rindu yang dibungkus persaudaraan dan keagamaan”

Kini, beberapa hari lagi. Ramadhan akan tiba. Ramadhan yang tanpa masker. Yang tak ada lagi himbauan tidak shalat di masjid. Tidak ada lagi larangan kumpul sambil buka puasa ramai-ramai.

Maka ramadhan kali ini yang akan datang. Terbayang lagi suasana ramai seperti dulu. Suasana keagamaan yang selalu dirindukan bakal muncul lagi. Teriakan ” Pallu, Pallu, dikala saat makan sahur tiba, bergema lagi di pelosok lorong-lorong kota. Yang menjadi tanda tanya, apakah buka puasa bersama bakal ramai lagi. Hal yang memang perlu dipertanyakan karena suasana ekonomi belum pulih. Masih banyak saudara kita kehilangan pekerjaan dan penghasilan yang menurun. Mungkin masih banyak di antara kita diliputi kesedihan dalam ramadhan kali ini. Ada ketidak mampuannya untuk  menggembirakan anak-anak mereka menyambut lebaran. Suasana ekonomi yang masih berkekurangan mempengaruhinya.

Pos terkait