Hadiri ‘Kebraon Mengaji’, Pangdam V/Brawijaya Apresiasi Masjid Dijadikan Center of Gravity Keumatan

  • Whatsapp
Hadiri 'Kebraon Mengaji', Pangdam V/Brawijaya Apresiasi Masjid Dijadikan Center of Gravity Keumatan
Hadiri 'Kebraon Mengaji', Pangdam V/Brawijaya Apresiasi Masjid Dijadikan Center of Gravity Keumatan. Pangdam V Brawijaya Mayjen Farid Makruf memberikan tali asih kepada masjid Kebraon Surabaya/ foto: JafarGbua

Hadiri ‘Kebraon Mengaji’, Pangdam V/Brawijaya Apresiasi Masjid Dijadikan Center of Gravity Keumatan. Program Kebraon Mengaji dan Pesantren Subuh yang digelar Takmir Masjid Almuhajirin yang menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keumatan harus diapresiasi.

Demikian disampaikan Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf, MA., saat memberikan motivasi pada wisuda santriwan dan santriwati Pesantren Subuh di Masjid Al-Muhajirin, Kebraon, Surabaya, Minggu (19/3/2023).

Danrem 132/Tadulako 2020-2021 ini mengenang masa kecilnya yang lekat dengan Masjid. Sebab dirinya tidak masuk Pesantren, maka mengaji dan belajar agama terpusat bahkan bermain di masjid, di kampung halamannya di Tanah Merah, Bangkalan, Madura. Jadi, menurutnya, kalau ada anak-anak yang bermain di masjid biarkan saja. Itu akan mendekatkan mereka pada masjid dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatannya.

“Apa yang dilakukan Takmir Almuhajirin ini yang namanya memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid itu bukan membangun masjid yang mewah dan megah, tapi menjadikan masjid sebagai center of gravity keumatan, pusat kegiatan sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Masjid adalah sarana komunikasi sosial yang tepat,” sebut Mayjen TNI Farid Makruf.

Ia berjanji akan menyampaikan ini ke Gubernur Khofifah Indar Parawansah agar program semacam ini bisa diintensifkan di masjid-masjid yang ada di Jatim.

Benteng Terakhir Melawan Radikalisme

Di hadapan para santri dan jamaah Subuh Almuhajirin, mantan Danrem 162/Wira Bhakti, Mataram 2016—2018 ini menyebutkan bila anak-anak muda rajin ke masjid, ia akan terhindar dari radikalisme, pergaulan bebas dan narkoba.

Ia mengisahkan ketika dirinya ditempatkan di Bima, Nusa Tenggara Barat dan Poso, Sulawesi Tengah di Mana masjid dijadikan pusat deradikalisasi. Ia melawan radikalisasi yang juga dilakukan di masjid-masjid tertentu dengan cara masuk ke tempat-tempat itu melawan dengan literasi antiradikalisme.

“Jadi masjid adalah benteng terakhir melawan radikalisme, melawan pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba. Anak-anak yang sejak dini dekat dengan masjid pasti akan terhindar dari itu semua,” tekan mantan Kepala Penerangan Kopassus ini.

Pos terkait