Cendikiawan yang tak Pernah Menyerah Menuntut Ilmu

  • Whatsapp
Cendikiawan yang tak Pernah Menyerah Menuntut Ilmu
Cendikiawan yang tak Pernah Menyerah Menuntut Ilmu. Penulis H Syamsu Nur, Komisaris Fajar Indonesia Coorporation (FIC)/ Foto: Istimewa

IN MEMORIAM
DR. Mochtar Pabottingi, MA
(77 Thn)

Catatan : Syamsu Nur

“Mochtar Pabottingi, telah tiada.”Begitu Ilham Bintang menulis pendek di WhatsApp. Almarhum Muchtar Pabottingi, meninggal pada Hari Minggu, tgl. 4 Juni 2023 pada jam 00.30 WIB. Jenazahnya disemayamkan di rumah duka di Kelurahan Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Mochtar Pabottingi pernah terkena serangan jantung pada saat Hari Raya Idul Fitri lalu. Waktu itu Mochtar mengalami koma dan harus menjalani operasi untuk mengatasi sumbatan nafasnya.
Mochtar Pabottingi, lahir di Bulukumba. Sejak jadi mahasiswa Sastra Barat di Unhas, almarhum sudah kreatif menulis. Pada tahun 1967an Muchtar bersama wartawan mahasiswa lainnya seperti Andi Syaifuddin Makka, Syarifuddin Husain, Thamrin Ely, Ronald Ngantung dan Syamsu Nur, tergabung dalam Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia. Ia menjadi Redaktur yang aktif di Surat Kabar KAMI Sulsel yang dipimpin H.M Alwi Hamu. Surat Kabar KAMI adalah cikal bakal lahirnya Harian FAJAR Makassar.

Mochtar menjadi penulis kreatif dan penulis Editorial. Dari tulisannya sudah terkesan berkualitas dan tajam. Sebagai generasi angkatan 66, dia banyak melakukan kegiatan kampus. Dia juga aktif di organisasi kesenian Muslim dan sering manggung bersama seniman Aspar, Rajab, Muspa Edow dan lainnya. Sebagai pencinta seni, Mochtar juga menulis puisi dan beberapa karyanya diterbitkan jadi buku. Ketika ada seruan mahasiswa back to campus, dan aksi mahasiswa angkatan 66 sudah mereda, maka Mochtar melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Jogja . Ia menyelesaikan S1 di UGM Jogja.

Dia kemudian melanjutkan di Universitas Massachusetts di Amerika Serikat dan lulus S2 dengan gelar MA yang diraihnya pada tahun 1984. Kemudian lanjut lagi ke universitas Hawai di Honolulu, Amerika Serikat dan mendapat gelar PhD pada tahun 1989.

Dalam pengembangan kariernya, Mochtar menghabiskan waktunya di LIPI, Lembaga Ilmu Pengerahuan Indonesia yang kini bernama Badan Riset dan Inovasi (BRIN).
Dari pengalaman dan karya-karyanya semasa hidupnya, kini kita merasa kehilangan. Muchtar termasuk dalam buku 100 tokoh Sulsel sebagai salah satu putra Sulsel dari Bulukumba yang dianggap berprestasi . Semangat dan pengabdiannya untuk terus menuntut ilmu dan mengabdikan dirinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan- patut dijadikan contoh dan diteladani.

Pos terkait