(Penyebab dan Solusinya)
Bagian Pertama.
By, Nur SANG ADJI
Kompilasi atas tulisan Saleh Awal dengan judul .. “Kenaikan harga beras dan tantangan perekonomian Indonesia”.
Harga beras meroket tajam. Dari sekitar 8 ribu per liter, menjadi 13 ribu. Kenaikan ini pasti memicu inflasi. Sebab, daya beli masyarakat pasti menurun drastis.
Pertanyaannya, apa penyebab dan solusinya ?
Sejak lama, orang fahami tentang harga. Selalu berkait dengan permintaan (demand) dan persediaan (suplay). Bila permintaan tinggi dan persediaan rendah maka harga naik. Itu hukum ekonomi yang sandaran logikanya adalah untung rugi.
Suplay atau ketersediaan pangan biasanya menggunakan istilah ketahanan. Basisnya adalah produksi atau import. Jika kita bertekad menempatkan ketersediaan akibat produksi sendiri. Maka, istilahnya menjadi kedualatan. Artinya, kita berdaulat menyediakan pangan sendiri. Tidak tergantung pada pihak lain.
Produksi sendiri ini berkait dengan agroekosistem pertanian. Mulai agro klimatologi hingga sarana produksi dan teknologi serta manajemen. Mulai dari benih atau bibit bermutu. Irigasi, pupuk dan pestisida hingga alat-alat mekanisasi dan usaha taninya.
Ada dua hal penting berkaitan dengan produksi yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah perluasan areal untuk berbesar populasi tegakan. Sedangkan intensifikasi berkaitan dengan penggunaan sarana produksi secara optimal. Tujuannya, menaikkan satuan panen per pohon atau per rumpun, dan atau per hektar. Namun kedua pilihan ini punya konsekwensinya masing-masing.
Ekstensifikasi akan memicu pembukaan lahan terutama kawasan hutan. Akibatnya, gangguan daur hidrologi, longsor atau banjir. Di samping itu, terjadi ancaman terhadap biodiversitas.
Sementara intensifikasi akan memaksa petani memakai bahan produksi luar (eksternal input). Ketergantungan petani pada produk luar dengan harga tinggi menjadi persoalan rumit tersendiri. Di samping itu, pemakaian bibit unggul, pupuk an-organik dan pestisida kimia menjadi ancaman ekologi dan keberlanjutan produksi.
Jadi, pembukaan lahan baru mengancam luasan hutan dan daya dukung (carrying Capacity) ketersediaan air. Sedangkan, intensifikasi mengancam produksi pertanian keberlanjutan, sekaligus menaikan biaya produksi, menurunkan daya beli. Dan, menaikan harga beras itu sendiri.