Sesampainya di Maroko, keduanya kemudian kembali ke Dubai. ”Tak lama kemudian, dia mengatakan punya pekerjaan di Turki. Kita akan liburan,” katanya mengulang kalimat suaminya itu. Tetapi, liburan itu dirasa Islam sangat aneh. Mereka tidak tinggal di resor atau hotel. Keduanya malah menuju Gaziantep, perbatasan Turki dengan Syria.
Mereka tinggal di rumah yang penuh dengan lelaki, perempuan, dan anak-anak. ”Saya bingung. Saya bertanya kepada salah seorang perempuan kemana kita akan pergi. Dia berkata, kita akan hijrah.” Saat di Dubai, Ahmad memang berkata punya kejutan untuknya. Tetapi kejutan itu akan diberikan saat berada di Turki. ”Dan ini kejutannya. Pergi ke Syria.” Saat Islam menolaknya, Ahmad naik pitam dengan mengatakan istri harus patuh kepada suami.
Islam mencoba berbicara kepada pejabat perbatasan saat mereka hendak masuk Syria. Namun, tidak bisa. Bahkan, para penjaga menembaki mereka sehingga masuk kawasan Syria. Islam menyebutkan, begitu sampai di Syria mereka menunju kota Jarablus dan masuk rumah yang penuh orang. Para lelaki yang membawa keluarga itu ternyata bergabung bersama ISIS.
”Mereka berasal dari seluruh dunia. Inggris, Kanada, Prancis, Belgia, Tunisia, Maroko, Tunisia, dan Arab Saudi.” Tak menanti lama, Ahmad pun pergi selama sebulan untuk latihan militer dan meninggalkan Islam yang sedang hamil.
Begitu pelatihan selesai, Ahmad langsung ditugaskan untuk perperang. Dia terbunuh di hari pertama di Kota Kobani. Islam sangat takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia dilarang berbicara dengan orang Syria lain dan terpaksa tinggal di penampungan tersebut.