Kisah Pilunya Bermula dari Dunia Maya, Berakhir di Neraka Belantara Syria

  • Whatsapp

Dia kemudian pindah ke rumah kakak suaminya yang juga pindah ke Syria. Namun, saat iparnya terbunuh, ISIS memindahkannya ke guesthouse. Di sanalah anak pertamanya, Abdullah, lahir. Saat pejuang Kurdi mendesak ISIS, ISIS mengatakan agar Islam menikah lagi dan keluar ke kawasan yang aman. Dia pun menikah dengan teman mendiang suaminya, Abu Talha Al-Almani.

Mereka pindah ke Manbij, Aleppo, sebelum ke Raqqa, seiring suksesnya Kurdi mendesak ISIS. Setelah sebulan, Islam memutuskan bercerai karena Abu Talha tidak mengizinkan Islam keluar rumah.

Bacaan Lainnya

Islam pun masuk kembali ke penampungan. ISIS berusaha menahan mereka semua dan menjauhkan kelompok itu dari warga lokal Syria yang bisa membantu mereka lolos. Bila ada orang dalam yang ketahuan membebaskan mereka, hukuman dari ISIS sangat sadis. Mulai membayar denda sampai dihukum mati.

ISIS pun membujuk Islam untuk menikah lagi. Kali ini dia bertemu Abu Abdallah Al-Afghani. Lelaki ini disebut Islam memiliki jiwa yang lembut. Nama itu diberikan oleh ISIS. Kepada Islam, Abu mengaku keturunan India dan ibunya tinggal di Australia.

Meski propaganda ISIS menggambarkan kehidupan di Raqqa sebagai surga, Islam menyatakan sebaliknya. ”Itu seperti mati. Itu bukan hidup,” kenangnya. ”Saya selalu ketakutan. Selalu mendengar suara bom, senjata, dan penembakkan.”

Islam hamil lagi dan melahirkan putri yang diberi nama Maria. Tetapi kehidupan tidak juga membaik dan membuatnya ingin segera keluar Raqqa. Abu sang suami, ditugaskan ISIS untuk berperang di Tabqa dan terbunuh.

Matinya Abu menjadi kesempatan bagi Islam untuk meninggalkan Raqqa. Dia menyimpan kabar kematian suaminya dari tetangga dan rekan. Dia menjual semua barang berharganya dan menggunakan uangnya untuk membayar calo yang bisa membawanya ke penampungan Kurdi YPG. YPG adalah salah satu grup yang sudah melawan ISIS di Syria.

Islam diserahkan ke sana bersama dua anaknya. Abdullah, yang hampir berusia dua tahun dan Maria yang berusia 10 bulan. Sebelum masuk penampungan, ada pejabat intelejen yang menginterogasinya. Mereka sekarang tinggal di rumah singgah di selatan Syria.

YPG sudah menghubungi kedutaan Maroko di Beirut dan menceritakan mengenai Islam. Namun belum ada tanggapan. Ayah Islam berharap raja Maroko, Mohamed VI, bisa membantu mereka dan memulangkan Islam.

Tetapi Islam belum ingin pulang. Dia takut mengenai keamanan anaknya. Dia berharap, bisa mendapatkan paspor Inggris karena ayah anak pertamanya warga negara Inggris. Atau, bisa ke Australia untuk tinggal bersama ibu mendiang suami ketiganya.

”Saya tidak tahu kemana saya harus pergi. Hidup saya sudah hancur.”

(CNN/tia)

Pos terkait