“Kami Sendiri Heran Ada Rawit Sebesar Ini”

  • Whatsapp

PALU EKSPRES – NIRMA, SP tak pernah menyangka kalau cabe jenis rawit yang ditanamnya 3 bulan lalu akan berbuah seperti ini. Cabai rawit dari bibit bernama Panah Merah itu, tumbuh dan berbuah lebat. Menariknya, cabainya besar dan panjang seperti jari kelingking wanita dewasa.

Laporan Anita Anggriany Amier, Palu

Bacaan Lainnya

TAK  lazim untuk cabai rawit yang umumnya kecil-kecil. Makanya disebut rawit. Nah, rawit yang tumbuh di Kebun Percontohan milik TP PKK Sulawesi Tengah selain besar, pedisnya pun tak kalah dengan rawit kecil di pasaran.

“Kami sendiri juga heran, kok bisa cabai rawit ini malah jadi besar, ukurannya seperti cabai besar yang tidak pedis itu,” ujar Nirma. Namun kata Nirma, mungkin saja karena lahan tersebut baru pertama kali digunakan untuk menanam. “Tapi memang diawal pengolahan, tanah kami beri pupuk kandang, dan setelah bertumbuh diberi pupuk NPK 1515,” ujarnya. Tak lama lagi, mungkin seminggu cabai-cabai ini siap dipanen.

Nirma adalah salah satu pejabat di Seksi Sayuran dan Bio Farmaga Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Pemerintah Provinsi Sulteng. Sudah hampir 4 bulan ini Nirma dan puluhan staf Dinas Pertanian menggarap lahan Kebun Percontohan milik TP PKK Sulteng yang bekerjasama dengan Dinas Pertanian Sulteng.

Di lahan seluas 4 Hektar ini, berbagai tanaman sayur dan obat-obatan ditanam. Selain cabai yang mendominasi, ada tomat, terong, kunyit, bawang obat dan banyak lagi yang lainnya. Bahkan, sebagai pagar pembatas ditanam pula pohon kelor. ” Di sela-sela pohon kayu Jawa, kami tanam pohon kelor. Jaraknya setiap 1 meter,” ujar Nirma. Ada juga tanaman bunga Matahari yang menjadi pagar untuk bedengan tanah agar tidak runtuh nantinya.

Sebelumnya di beberapa kesempatan, Ketua TP PKK Sulteng Hj Zalzulmida Aladin Djanggola sangat membanggakan kebun percontohan milik TP PKK Sulteng ini. Kebun percontohan tersebut lahir dari keinginan Zalzulmida mengajak masyarakat memanfaatkan lahan tidur untuk ditanami tanaman bermanfaat di sekitar pekarangan rumah.

“Manfaatnya banyak. Untuk kebutuhan sehari-hari, sayuran dan bumbu kita tak perlu ke pasar untuk belanja mengeluarkan dana,” ujar Zalzulmida di sela-sela panen raya cabai besar di Desa Labuan, Donggala beberapa waktu lalu. Krisis cabai lalu yang membuat bumbu dasar ini melonjak harganya di pasaran seharusnya tidak terjadi, kata Zalzulmida. Kalau saja di setiap pekarangan rumah atau taman milik rumah tangga ditanami pohon cabai.

Pos terkait