HUMAS DKP
BANDENG JUMBO – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo (kanan) tampak ikut bersama warga melakukan panen bandeng super di Desa Boyantongo.
PARIMO, PE – Program Bandeng Super yang diluncurkan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, tercapai sesuai target. Walaupun beberapa pekan sebelum dilakukan panen, sempat terjadi aral, namun secara umum, program Bandeng Super yang salah satu lokasi pilot projectnya di Desa Boyantongo Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parimo dinilai berhasil.
Akhir pekan kemarin, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, DR Ir Hasanuddin Atjo MP, memimpin langsung panen di lokasi tambak milik H Alimuddin. Proses panen dilakukan pada sore hari. Walaupun yang dipanen (untuk tahap awal), hanya di satu petak, namun diperoleh hasil yang melimpah dengan berat bandeng perekornya, lebih dari 500 gram, bahkan beberapa di antaranya ada yang beratnya mencapai 600 gram.
Menurut Hasanuddin Atjo, salah satu kunci keberhasilan pilot project yang dilakukan Dinas yang dipimpinnya, berkat kedisiplinan dan sinergitas antara pemerintah dan pihak swasta yang secara konsisten mengawal program tersebut, hingga mencapai hasil maksimal.
Menurut Hasanuddin Atjo, salah satu teknik yang dilakukan, agar terjadi peningkatan bobot ikan, yakni dengan menggunakan teknologi modular (4 segmen). Selama ini, petambak menggunakan cara yang sangat konvesional, yakni hanya menempatkan bandeng mulai dari benur (nener) hingga menjadi bandeng dewasa, hanya pada satu segmen atau satu tambak.
“Setiap segmen atau petakan tambak, bandeng dipelihara hingga 1,5 bulan. Setelah itu dipindahkan lagi ke segmen berikutnya, hingga total masa pemeliharaan 6 bulan. Melalui teknologi Modular (4 segmen) ini, terbukti mampu meningkatkan produktifitas dari 500 kg menjadi 2.000 kg atau 2 ton dalam satu ha,”katanya lagi.
Selain itu, selama ini para petambak umumnya hanya menggantungkan makanan dari alam saat membesarkan bandengnya. Namun dalam program bandeng super yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, bandeng diberi pakan secara teratur setiap hari. Komposisinya, 30-40-40, atau diberi pakan 30 kg pada pagi hari, 40 kg masing-masing pada siang dan sore hari.
Menurut Hasanuddin Atjo, dalam program Bandeng Super, Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, memberikan stimulus ke beberapa pembudidaya yang telah eksis dalam mengembangkan usaha budidaya bandeng. Stimulant yang diberikan, mulai dari proses perencanaan, studi banding, rekonstruksi kolam, pendampingan, pemberian bantuan dalam bentuk bibit, pakan, pupuk, probiotik hingga mesin pompa air (Alcon).
“Diharapkan, dengan adanya stimulant dalam bentuk berbagai bantuan ini, para pembudidaya terdorong untuk bisa memelihara bandeng hingga mencapai ukuran super atau jumbo, seperti yang dicanangkan dalam program Bandeng Super tersebut,”katanya lagi.
Sebelum diberikan paket bantuan, para petambak yang lahannya menjadi lokasi pilot project, diberangkatkan untuk belajar memelihara bandeng seperti yang dilakukan petambak di Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan, awal tahun lalu.
Bandeng super menurut Hasanuddin Atjo, merupakan bahan baku untuk produk bandeng olahan bebas duri. Bandeng yang telah dipanen, untuk selanjutnya akan diolah untuk disajikan. Rencananya dalam sekala tertentu dikirim ke Jakarta dan masuk pasar ekspor.
Menurutnya, hasil diversifikasi usaha Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, khususnya untuk komoditas bandeng, yang salah satunya adalah Bandeng Bebas Duri (Baberi), kian diminati pasar. Dampaknya, permintaan terhadap bandeng kian meningkat, utamanya bandeng untuk ukuran antara 500 hingga 600 gram perekornya.
“Baberi ini, sasaran pasarnya selain ke restoran dan hotel, juga menjadi oleh-oleh bagi mereka yang datang berkunjung ke Palu. Makanya saat ini, trend permintaannya kian meningkat. Hal ini memberikan dampak, terhadap peningkatan permintaan untuk bandeng dengan ukuran jumbo atau biasa kita sebut dengan Bandeng Super sebagai bahan baku Baberi. Insya Allah dengan program ini, kita mampu menjaga suplay bahan baku untuk program Baberi,”tandasnya.(humas dkp)