Raihan ini menempatkan Kota Palu ke dua terendah inflasi dari 18 kota yang ada di wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua).
Faisal menyebutkan, ada lima komoditas penyumbang inflasi di Kota Palu. Secara berturut-turut disebutkan, yakni tarif angkutan udara 0,54 persen, tarif listrik 0,28 persen, tomat buah 0,11 persen, cabe rawit 0,05 persen dan telur ayam 0,04 persen.
Hal menarik, bahan makanan biasanya menjadi komoditas penyumbang inflasi terutama saat momen Ramadhan dan Idul Fitri. Namun tahun ini, bahan makanan mengalami deflasi sebesar -0,74 persen.
Faisal Anwar mengungkapkan, deflasi untuk bahan makanan tersebut karena pemerintah daerah, terutama TPID Sulteng terus bekerja dan memantau pergerakan harga kebutuhan pokok selama Ramadhan dan jelang Idul Fitri 1348 Hijriyah.
Sehingga, pergerakan harga kebutuhan bahan pokok, terutama beras terpantau tidak mengalami lonjakan harga. Kenaikan harganya relatif sangat tipis dibandingkan dengan harga sebelum memasuki Ramadhan.
Bahkan bisa dikatakan relatif stagnan di kisaran Rp9.880 per kilogram. Begitu juga dengan daging ayam ras, daging sapi, dan telur ayam ras, harganya relatif sama dibandingkan sebelum memasuki bulan Ramadhan dan jelang Idul Fitri.
Malah beberapa komoditas mengalami penurunan harga di dua pekan jelang Idul Fitri, yakni Bawang Putih, Minyak Goreng, Bawang Merah dan gula pasir.
(fit/Palu Ekspres)