Nur Sangadji. Foto: Dok. PE
oleh : Nur Sangadji (muhdrezas@yahoo.com)
PADA satu kesempatan mengunjungi Malindo (masyarakat lokal Indonesia) di Masamba Luwu Utara Sulawesi Selatan, saya mencatat beberapa point keunikan. Saya lantas mengirimkan sebuah pesan dan foto ke sejumlah WA group di mana saya ikut serta sebagai anggota.
Narasi pesan itu sebagai berikut. “Palopo menuju Masamba, 10/07/2019. Sawit menghantam ketahanan pangan negeri. Tumbuh di lahan sawah, di belakang rumah petani dan di areal pohon sagu. Satu rumpun bertahan hidup dari desakan pemusnahannya. Satu persatu, pohon sagu lenyap, kapurung alias popeda, alias, onyop, alias, dui dll, akan menghilang dari meja makan kita.
Pesan ini mendapat respon dari berbagai kalangan. Karib saya, asisten Bupati Sangihe memberi jawaban. “Beliau bilang setuju, perlu gerakan kedaulatan pangan lokal pak, Sangihe konsisten”. Beliau melanjutkan bahwa “kami bahkan mengamankan pasarnya via UMKM. Karena itu, kami menolak masuknya, wiralaba sejenis indomart dan sejenisnya”.
Senior saya, Kepala Kantor Wilayah Sumatera Selatan. Setelah membaca pesan tersebut. Seketika, beliau mengumpul semua kepala bidangnya.
Beliau mengingatkan “agar menjaga keseimbangan peruntukan kawasan. Jaga pangan lokal kita yang menjadi konsumsi mayoritas warga di situ”.
Ada karib yang lain dari group ahli iklim. Ini tanggapannya, “hal ini juga terjadi di Pasaman Barat Pak Nur. Saya ikut survey sawah untuk pemetaan LP2B kabupaten tersebut pada tahun 2015. Ternyata, sudah sangat luas sekali sawah beralih fungsi ke sawit”.
Tanggapan yang sedikit netral bahkan sedikit pragmatis, datang dari karib saya di group Perhepi (perhimpunan ahli ekonomi pertanian). Ini pertanyaannya.
“Pendapatan petani bagaimana Pak? Bagus nggak? Anggota perhepi yang lain menimpali. Kata beliau, ini
pertanyaan khas, dari alumni sosek faperta”.
Anggota Perhepi yang lain menambahkan “Semoga alumni agribisnis (kini) juga punya pertanyaan genetik itu. Tentuuu Pakde…. Karena faktor utama kesejahteraan petani adalah pendapatan. He 3x…… Salam Perhepi…
Terlihat jelas dari tanggapan-tanggapan ini.
Betapa tarik menarik dari aspek ekonomi, sosial dan ekologi selalu hadir dalam setiap pengambilan keputusan dalam pembangunan. Keseimbangannya menjadi kata kunci.
Beberapa instrumen yang boleh digunakan antara lain : mengukur daya dukung dan daya tampung, analisis dampak dan ekosistem service. Bila, indeksnya telah melampaui maka keputusannya harus tidak boleh. Betapun besarnya pendapatan yang diperoleh. Sebab, sedikit lagi, pendapatan tersebut akan berubah menjadi bencana. Wallahualam. ??