Ekspor Ikan Sulteng Nol Tapi Pemicu Inflasi

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU– Provinsi Sulawesi Tengah memiliki 4 wilayah pengolahan perikanan yaitu, Teluk Tolo, Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Selat Makassar. Begitupula panjang garis pantai Sulawesi Tengah sekitar 6000 kilometer.

Data terakhir yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, produksi perikanan Sulteng pada 2019 mencapai 1.135,514 Ton. Terdiri dari 193,178 Ton dari sub sektor perikanan tangkap dan 942,336 Ton dari subsector Budidaya.

Bacaan Lainnya

Namun menjadi pertanyaan, produksi ikan dari dua subsektor itu belum bisa memberi sumbangsih langsung terhadap pemasukan daerah.

“Ekspor Sulteng di tahun 2019 tercatat nol, kami sudah evaluasi nol ekspor Sulteng. Kalau ada yang komplein, silahkan. Ini berdasarkan data yang dikombain dari Karantina Ikan, serta Bea Cukai,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng, H. Moh. Arief Latjuba, SE, MSi pada Sinkronisasi Program Kegiatan Kelautan dan Perikanan dengan Kabupaten/Kota T.A 2020 (APBN dan DAK), Senin (9/3/2020), di Hotel Santika Palu.

Arif Latjuba pada kegiatan yang dihadiri kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota se-Sulteng itu yang berlangsung mulai 9 Maret hingga 11 Maret 2019, menjelaskan produksi ikan Sulteng selama 2019 lebih banyak diantarpulaukan. Misalnya, dikirim dulu ke Surabaya, Jawa Timur atau Makassar, Sulawesi Selatan.

“Kemasan ekspor yang diantarpulaukan ada, ini gambaran kondisi yang terjadi di Sulteng. Sengaja saya buka dan kebetulan mitra kita hadir dari Balai Karantina Ikan serta Polair Polda Sulteng,” kata Arif.
Ironisnya kata Arif, Sulteng tidak mengekspor ikan namun sektor perikanan selalu menjadi pemicu inflasi di daerah ini. “Ini sangat ironis, kalau kita ekspor dan terjadi inflasi, itu tidak masalah. Siapa yang bermain di sini. Apa kira kira masalahnya di sini,” ujarnya.

Olehnya, menurut Arif, di kegiatan Sinkronisasi ini yang hadir merupakan pihak pengendali kebijakan di perikanan masing-masing Kabupaten/Kota, kondisi ini harus segara disikapi. Sebab, ekspor masing-masing tanggungjawabnya berada di daerah dan menjadi harga diri daerah.

Ia meminta segera membuka ruang berfikir kita masing-masing. Jangan hanya semata- mata melihat peningkatan produksi tapi serapan daripada itu tidak diketahui dimana harus dikembangkan.
“Tidak dilarang berinovasi di daerah dan tidak usah takut,” kata Arif.

Pos terkait