PALUEKSPRES,MAKASSAR- Kasman Malik, Ketua Layer Owners Community Sulawesi (LOCS) mengatakan lonjakan harga telur yang terjadi beberapa minggu terakhir ini terjadi karena hukum pasar terkait dengan Supply and Demand, dimana permintaan meningkat namun stok telur terbatas.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, yaitu terjadinya kenaikan biaya produksi, harga pakan dan pengurangan produksi telur.
Kasman mengatakan di tahun 2021 sampai sekarang ini, terjadi kenaikan biaya produksi yang sangat tinggi di Usaha Peternakan Ayam Petelur berupa Kenaikan harga Konsentrat, Jagung dan Dedak.
“Hal ini membuat peternak mengalami kerugian yang luar biasa di sepanjang tahun 2021, sampai akhir semester I tahun 2022, dan berusaha bertahan dengan mengurangi Populasi bahkan banyak yang terpaksa berhenti karena tidak sanggup lagi melanjutkan usaha tersebut. Tentu dengan meninggalkan utang yang belum tentu bisa terbayarkan,” ungkap Kasman dalam rilisnya yang diterima Palu Ekspres, Kamis (25/8/2022).
Diperkirakan terjadi pengurangan populasi sekitar 30-40 % dari populasi sebelumnya.
Kondisi tersebut secara otomatis mengurangi jumlah produksi telur di pulau Sulawesi.
Khususnya, di Kabupaten Sidrap sebagai sentra produksi telur Indonesia Timur.
Kenaikan harga telur yang terjadi sampai saat ini, dipicu juga adanya program Bansos yang dikeluarkan Kementerian Sosial. Kegiatan masyarakat yang kembali normal di semua sektor, serta gangguan produksi dan distribusi pangan yang menyebabkan melonjaknya harga komoditas tertentu.