Lihatlah misalnya di jalan raya, begitu banyak pelanggaran yang terjadi. Apakah para individu yang melanggar itu merasa tak bersalah atau merasa bersalah tapi tak mau peduli dengan aturan karena tak ada sangsi.
Cerita berikutnya lain lagi. Setiap terima koran ini (Harian Palu Ekspres), yang pertama saya saya baca adalah di halaman belakang, disitu ada rubrik yang namanya mengambil tagline program Pemerintah Kota Palu, Gerakan Gali Gasa.
Tujuan dari program ini adalah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat Kota Palu tentang perlunya hidup bersih dan sehat agar kota kita ini makin bersih dan cemerlang (baca: Gali Gasa).
Namun fakta berkata lain, sejak diluncurkannya Gerakan Gali Gasa itu sepertinya belum memberi pengaruh yang signifikan, buktinya ada pada Rublik Gali Gasa di koran ini yang setiap harinya memperlihatkan foto tumpukan sampah yang sekenanya dilempar oleh warga.
Biasanya dilempar di sudut jalan, kadang di drainase dan yang lebih miris lagi, sampah itu dilempar di trotoar, itu bisa dilihat di Jalan Basuki Rahmat tepat didepan sebuah hotel bintang. Begitu yang saya baca di koran ini, di halaman belakangnya.
Inilah satu contoh sederhana, walau ada Peraturan Daerah yang mengatur soal sampah misalnya, namun ketika tak ada ketegasan, maksudnya dari pemerintah untuk menegakkan aturan itu, maka hasilnya adalah kesemrawutan.
Fenomena seperti ini bisa melahirkan sebuah hipotesis: tidak adanya sikap tegas pemerintah berimplikasi terhadap rendahnya kepatuhan warga.
Untuk sekedar perbandingan, ada suatu saat bersama sejumlah kawan di Kota Batam berencana melancong ke Singapore.