Nihad mencoba untuk menggugurkan kandungannya. Namun akhirnya anaknya itu lahir. Dia memberi nama Issa, bahasa Arab untuk Yesus. Issa akan berusia dua tahun pada Juli nanti.
Ketika Nihad melarikan diri, dia terpaksa meninggalkan Issa yang saat itu baru berumur tiga bulan, bersama ayahnya, Abo Faris. Pria itu tetap berada di Irak utara dan bersikeras untuk menjaga Issa.
Nihad pun berpikir, bahkan jika dia berhasil membawa Issa lari bersamanya, rakyatnya akan menolak anaknya. “Dia adalah bagian dari saya, tapi dia adalah salah satu dari penjahat. Bahkan jika saat ini saya berhasil menemuinya lagi, keluarga saya dan semua orang Yazidi akan mengatakan ‘ini adalah anggota ISIS’,” tuturnya.
Nihad lolos dari penculiknya karena perselisihan antara Abo Faris, istrinya dan gadis Yazidi lainnya. Ceritanya, untuk meredam pertengkaran ‘keluarga’ itu, Nihad dititipkan ke sepupu Abo Faris. Nah dari sana, dengan bantuan kelompok yang membantu wanita Yazidi, dia akhirnya bisa melarikan diri dari Mosul.
Namun meski dia telah bebas dari perbudakan ISIS, Nihad mengatakan bahwa dia tidak akan pernah merasa bebas. “Masih banyak orang Yazidi di bawah kendali ISIS dan karena saya masih memiliki anak laki-laki bersama mereka, saya tidak akan merasa bebas,” ujarnya.
Nihad telah kehilangan dua saudara perempuan dan saudara laki-lakinya. Setahu dia, dua saudaranya yang lain dipaksa masuk pelatihan di kamp-kamp tempur. “Saya tidak pernah melupakan semua keluarga saya,” ucapnya.
Nihad kini seorang pencari suaka yang sangat menginginkan kehidupan baru di Australia. Dia telah mengajukan permohonan untuk perlindungan, bersama dengan saudara perempuannya, tiga saudara laki-laki, keponakan, ibu dan keluarga mertuanya yang selamat dari ISIS.
Di Australia, program perlindungan untuk perempuan Yazidi berbeda dengan di sejumlah negara lain. Di Negeri Kanguru itu, mereka boleh tinggal dan berkumpul dengan keluarganya.
Untuk 2017-18, Australia menerima 18.750 orang yang melarikan diri dari penganiayaan. Pada bulan Maret, pemerintah Australia mengumumkan telah memberikan visa perlindungan kepada 12.000 orang yang mengungsi karena konflik di Syria dan Irak.
Pengungsi yang menderita penyiksaan dan trauma ditawarkan layanan konseling khusus saat mereka tiba di Australia. Nihad dan keluarganya membutuhkan itu.