PALU EKSPRES, PALU – Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, dipandang menjadi tantangan utama bagi pendidikan anak di usia dini di era milenial. Tantangan tersebut, tentunya harus dihadapi oleh para orang tua, serta para guru di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak (TK).
Psikolog dan Akademisi Universitas Tadulako (Untad), Siti Nurhikmah menyebutkan, teknologi milenial yang sedemikian canggih, dapat membuat siapapun termasuk anak-anak, mampu mengakses informasi dunia “tanpa dinding pembatas” dalam hitungan detik, hanya melalui keterampilan dua jempol.
Dua hal utama yang menjadi tantangan dalam mendidik anak pada usia dini, menurut Nurhikmah, adalah penggunaan gadget (perangkat canggih), serta tayangan televisi. Terkait penggunaan gadget, Nurhikmah menyebutkan, setidaknya ada beberapa manfaat poisitifnya, yakni anak akan melek teknologi, aplikasi-aplikasi dalam gadget dapat menstimulasi kemampuan kognitif anak.
Namun kata Nurhikmah, penggunaan gadget oleh anak juga memiliki banyak dampak negatif, jika mereka sudah kecanduan. Dampak-dampak tersebut di antaranya, anak-anak akan memiliki masalah tidur, masalah kesehatan mata, kesulitan konsentrasi, menurunnya prestasi belajar dan kemampuan motorik, serta dapat menghambat kemampuan sosial anak.
“Anak usia dini di era digital, biasanya lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain game, sehingga anak lebih suka bermain sendiri, dan tidak lagi membutuhkan teman bermain. Juga, anak-anak tidak lagi mengenal permainan tradisional,” jelas Nurhikmah, pada seminar Pengembangan Pembelajaran Karakter Anak Usia Dini di Era Milenial, yang diadakan Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PW Aisyiyah Sulteng, di aula Rektorat Unismuh Palu, Minggu (22/10).
Nurhikmah menekankan, pendampingan yang dapat dilakukan oleh para orang tua, dalam menghadapi perilaku anak usia dini pada era digital, di antaranya adalah orang tua mesti paham dengan perkembangan teknologi informasi. Selain itu, orang tua mesti mengarahkan penggunaan gadget oleh anaknya, memilihkan program atau konten yang positif. Juga, orang tua harus mampu mengimbangi penggunaan gadget anak dengan interaksi di dunia nyata.