Oleh Hasanuddin Atjo
JIKA mampu dan sukses dalam mengembangkan sektor Pangan dan Pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun- tahun mendatang, maka pertumbuhan ekonomi daerah ini akan menjadi lebih berkualitas atau inklusive. Olehnya desain pengembangan ekonomi Sulawesi Tengah ke depan dan alokasi anggaran di sektor pangan dan pariwisata harus menjadi prioritas.
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2019 sebesar 7,15 %, di atas rara-rata nasional 5,1% dan tertinggi di Indonesia. Namun capaian pertumbuhan ini boleh dikategorikan belum berkualitas. Pasalnya, angka pertumbuhan yang tinggi ini masih disumbangkan oleh sektor tambang di Morowali dan gas di Banggai. Sementara kontribusi sektor pangan yang melibatkan banyak masyarakat dan sektor pariwisata yang bisa menyerap tenaga kerja dan direct income, pendapatan langsung, kontribusinya masih kecil. Padahal potensi kedua sektor ini sangat besar untuk berkontribusi.
Angka kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masyarakat di daerah ini tergolong tinggi. Di tahun 2019 masih bertengger di angka 13,18 %, di atas rata-rata nasional 9,22 %. Demikian pula dengan ketimpangan pendapatan yang makin lebar, ditunjukkan oleh indeks Williansom cenderung naik dari tahun ke tahun. Tahun 2015 Indeks Willansom Sulteng sekitar 0,474 dan di tahun 2018 naik menjadi 0,568.
Kurangnya kontribusi sektor pangan dalam menekan angka kemiskinan di Sulteng, juga ditunjukkan oleh Nilai Tukar Petani gabungan , NTP gab. yang rendah. NTP gab. tahun 2019 sekitar 95 % di bawah rata-rata nasional sebesar 102 %. Hanya ada tiga sub sektor yang NTPnya bernilai positif yaitu Nelayan 114 % dari Hortikultura 107 % dan Peternakan 106%. Sementara subsektor Perkebunan, tanaman pangan dan perikanan budidaya dibawah 100 persen.
Pemindahan Ibukota Negara, IKN ke Panajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara memberikan nilai tambah tersendiri bagi Pulau Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah. Secara geografis Sulawesi Tengah berhadapan langsung dengan IKN baru tersebut, dan Sulteng dapat berperan sebagai daerah penyangga terhadap kebutuhan pangan IKN baru, Jembatan penghubung IKN dengan Kawasan Timur Indonesia melalui Tol Tambu-Kasimbar,
Gubernur Longki Djanggola di tahun 2019 juga telah merevisi RPJMD 2016-2021, dan telah disesuaikan dengan kebutuhan yang telah disebutkan di atas untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas atau inklusive . Selanjutnya dalam usulan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, RKPD tahun 2021, di awal Maret 2020, Gubernur Longki Djanggola telah memaparkan dihadapan Menteri Bappenas usulan tiga major project dari Sulteng dan tiga proyek baru menunjang major project tersebut, dan semuanya telah diterima untuk segera ditindaklanjuti
Tiga major project tersebut adalah (1) Pembukaan ruas jalan yang menghubungkan Luwu Utara Sulsel dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan KEK Palu, (2) Peningkatan Status Bandara udara Mutiara Sis Al-Jufrie dari bandara kelas satu menjadi bandara Internasional, (3) Peningkatan status dan pengembangan Pelabuhan Penyebrangan Fery Taipa, Palu ke Kalimantan Timur.
Selanjutnya tiga proyek baru menunjang major project tersebut adalah (1) Kajian Tol Tambu-Kasimbar yang menghubungkan IKN dengan kawasan Timur Indonesia (Maluku, Maluku Utara, Papua) melawati teluk Tomini dan Teluk Tolo, (2) Peningkatan dan pe gembangan ruas jalan dari Gorontalo-Buol-
Pemilihan Kepala Daerah di tahun 2020 menjadi momentum penting dan strategis untuk melahirkan Gubernur dan Bupati-Walikota
Diperlukan pemimpin penerus yang memahami desain itu dan mampu mengimplementas
Peran partai pengusung dan masyarakat pemilik hak suara menjadi penentu atas keterpilihan kepala daerah yang memiliki konsep dan mampu mengimpementasi
Salah menentukan, salah menjatuhkan pilihan, maka kesempatan akan hilang dan tidak akan kembali untuk kedua kalinya. SEMOGA.