PALU EKSPRES, PALU – Inflasi gabungan dua kota di Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2020 sebagaimana dirilis BPS Sulteng menunjukkan relatif sangat rendah, yakni 0,06 persen. Rinciannya, inflasi Kota Palu sebesar 0,15 persen sedangkan kota Luwuk mengalami deflasi sebesar 0,39 persen.
Kepala BPS Sulteng Dumangar Hutauruk menjelaskan, jika membandingkan inflasi pada momen puasa dan Idul Fitri 1440 Hijriyah yang berlangsung pada Bulan Juni 2019 dengan inflasi periode Mei 2020 yang bertepatan dengan momen puasa dan Idul Fitri 1441 Hijriyah, maka inflasi kali ini relatif sangat rendah. Inflasi bulanan pada Ramadhan dan Idul Fitri 2019 silam di Kota Palu sebesar 0,96 persen, sedangkan pada Ramadhan dan Idul Fitri 2020 ini hanya 0,06 persen. “Ini menunjukkan perbedaan yang sangat jauh antara inflasi Ramadhan dan Idul Fitri 2019 dengan Ramadhan dan Idul Fitri 2020,” kata Dumangar dalam video confrens BPS Sulteng, Selasa (2/6/2020). “Tahun lalu, kota Luwuk belum masuk dalam daftar kota IHK,” tambahnya.
Dumangar menjelaskan, perbedaan angka inflasi yang begitu mencolok antara momen Ramadhan dan Idul Fitri tahun lalu dengan 2020, karena tahun ini terjadi pandemic Covid-19.
“Ini dimaklumi karena adanya wabah tahun ini yang cukup mempengaruhi harga-harga sehingga memberi inflasi bulan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng, G. A Nasser dihubungi Palu Ekspres, Rabu (3/6/2020), menjelaskan Inflasi rendah saat ini bukan pertanda ekonomi di daerah ini baik. Bisa jadi katanya, ini pertanda melemahnya permintaan masyarakat atau ekonomi lesu. “Daya beli turun juga diikuti kapasitas produksi yang menurun,” kata G. A Nasser.
Indikator mengenai ekonomi daerah ini kurang baik jika dikaitkan dengan rendahnya inflasi bulanan di periode Mei 2020 ini, menurut Nasser, di antaranya turunnya pengguna hotel berbintang di daerah ini.
Sebagaimana data BPS mengenai perkembangan jumlah tamu hotel berbintang di Sulteng menunjukkan bahwa pada Maret 2020 sebesar 38,94 persen, sedangkan pada Bulan April 2020 sebesar 17,66 persen. Artinya, terjadi penurunan sebesar 50, 73 persen. Begitupula rata-rata lama menginap hotel berbintang mengalami penurunan dari 2,1 hari menjadi 1,69 hari atau turun sebesar 0,41 persen.
Indikator lainnnya kata Nasser, adalah banyaknya tenaga kerja di daerah ini yang dirumahkan karena banyak fasilitas produksi (industri) dihentikan sementara. Belum lagi kebijakan pemerintah yang mengalihkan beberapa belanja modal dan belanja barang untuk mendukung program penanganan darurat Covid-19.
Ekspor Sulteng pun tambah Nasser, mengalami penurunan sebesar 12,16 persen. Pada periode Maret 2020 sebesar 641,27 Juta US $ sedangkan pada April 2020 sebesar 563,30 Juta US $. Penurunan nilai ekspor ini karena seluruh sektor mengalami penurunan. (fit/palu ekspres)