PALU EKSPRES, JAKARTA- Dunia medis kembali berduka. Tiga dokter kembali menjadi korban dari ganasnya virus Korona. Mereka adalah dr. Arief Agoestono Hadi, dr. Budi Luhur, dan dr. Deni Chrismono Raharjo.
Masing-masing bertugas di Jawa Timur. Dr. Arief Agoestono menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lamongan. Lalu dr. Budi Luhur menjadi anggota IDI Gresik. Dan dr. Deni Chrismono Raharjo menjadi anggota IDI Surabaya. Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mohammad Adib Khumaidi membenarkan peristiwa pilu tersebut.
“(Ketiganya) positif Covid-19,” katanya singkat kepada JawaPos.com, Senin (13/7).
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr. Daeng M Faqih menjelaskan, ada berbagai alasan mengapa dokter rentan tertular Covid-19. Awalnya memang saat Covid-19 baru dinyatakan resmi di tanah air, para tenaga medis kekurangan APD. Namun itu semua sudah teratasi saat ini.
Alasan kedua, semula pengetahuan seputar Orang Tanpa Gejala (OTG) belum teridentifikasi secara baik. Banyaknya OTG membuat para tenaga medis tertular.
Alasan ketiga, ternyata virus Korona juga bisa menular jika APD yang dicopot atau diganti tidak steril. Lalu tangan terpercik sisa-sisa droplet atau virus kemudian lengah.
“Jadi meskipun pakai APD, waktu melepas APd, kalau prosedurnya keliru, buru-buru atau tak hati-hati maka bisa terpercik. Bukanya enggak hati-hati,” jelasnya.
Solusinya, IDI meminta petugas kesehatan agar tak bekerja melampaui beban kerja yang terlalu tinggi. Jangan sampai kelelahan. Jika terlalu lelah, maka kewaspadaan bisa berkurang terutama saat melepas APD.
“Tetap hati-hati bekerja maksimal 8 jam. Jika sekarang bertugas, besoknya bisa diliburkan. Kami sudah imbau ke semua pihak ke RS,” kata dr. Daeng. (jpc)