Akademisi Kritisi Ekspor Impor Sulteng Hanya Konsentrasi di Daerah Tertentu

  • Whatsapp
Ichwan Tandju. Foto: Tangkapan foto webinar BPS Sulteng

PALU EKSPRES, PALU– Aktivitas ekspor impor Sulawesi Tengah yang hanya terlihat di dua pelabuhan di provinsi ini sebagaimana paparan BPS Sulteng pada seminar webinar Rumahku Impian yang dilaksanakan BPS Sulteng, Selasa (25/8/2020), dikritisi akademisi DR. Ichwan Tandju.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako (Untad) ini menilai, berdasarkan data-data yang dipaparkan BPS Sulteng melalui Kepala Bidang Statistik Distribusi, G.A. Nasser, sangat jelas terlihat jika konsentrasi ekspor impor Sulteng melalui pelabuhan di daerah ini, hanya terlihat di dua kabupaten, yakni Pelabuhan Kolonodale Kabupaten Morowali dan Pelabuhan Luwuk Kabupaten Banggai.
“Konsentrasi ekspor hanya pada daerah tertentu, juga konsentrasi impor sangat jelas pada daerah tertentu,” kata Ichwan pada sesi tanya jawab pada seminar yang dipandu oleh Kepala BPS Sulteng Dumangar Hutauruk tersebut.
Fakta melalui data BPS tersebut lanjutnya, tentunya akan mendorong ketidakseimbangan antarwilayah. Solusinya, pemerintah perlu memacu pembangunan instruktur agar ekspor dan impor tidak terkunci hanya pada satu wilayah saja.

G. A Nasser. Foto: Media Alkhairaat

Menurutnya, pembangunan infrastruktur akan mendorong ketimpangan kian mengecil. Selain itu, inflasi akan terjaga jika infrastruktur terbangun dengan baik.
“Ini hasil akhirnya dari solusi permasalahan ketimpangan antarpenduduk, ketimpangan antarwilayah dan ketimpangan antarsektor yang dihadapi oleh Sulteng,” ujarnya.
Sementara itu, Fery Taula menilai pertumbuhan ekspor di Kabupaten Morowali, sangat bagus. Namun, ia menyoroti mengenai impor bahan baku/bahan penolong, dan barang modal yang mencapai 99 persen lebih. “Jangan sampai bahan bakunya ternyata juga ada di Negara kita,” kata Fery.
“Ini sama saja berarti kita akan boros,” tambahnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi G. A. Nasser menjelaskan impor bahan baku/bahan penolong tersebut untuk kebutuhan industri pengolahan di Morowali dan Banggai. Salah satunya adalah bahan bakar dan pelumas untuk kebutuhan industry. Bahan bakar dimaksud adalah batubara. “Dominan adalah suku cadang yang kompatibel, tentunya didatangkan dari negara pelaku –pelaku yang ada di Morowali, seperti dari Tiongkok dan Rusia,” ujarnya.
Nasser mengakui, Negara kita juga memiliki tambang batubara namun tidak memenuhi dari aspek kualitas untuk kebutuhan industri di Kabupaten Morowali. “Untuk bahan bakar seperti ini (batubara,red) ada juga diimpor dari Australia, selain dari Tiongkok,” ujarnya.
Penggunaan bahan bakar industri batubara lokal diharapkan Nasser, ke depannya sudah bisa digunakan oleh industri pengolahan yang ada di Morowali. Dengan cacatan, kualitas batubara lokal harus ditingkatkan sehingga memenuhi standar kualitas yang dibutuhkan oleh industry di Morowali .
Penjelasan Kabid Statistik Distribusi BPS Sulteng tersebut dibenarkan oleh Kepala BPS Morowali Simon Antoli.
Ia mengungkapkan batubara yang digunakan di IMIP misalnya, adalah produk impor. “Awalnya, pernah digunakan batubara lokal dari Kalimantan tapi mesin-mesinnya jadi rusak,” ujarnya mengungkapkan alasan mengapa industry di kawasan IMIP menggunakan bahan bakar batubara impor. (fit/palu ekspres)

Pos terkait