Kasus Omnicron Meningkat, Epidemiolog Minta Pemerintah Lakukan Ini

  • Whatsapp
Sejumlah murid mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Labu 01, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta resmi menerapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen di seluruh sekolah mulai hari Senin (3/1). Relaksasi kebijakan ini sesuai dengan kondisi PPKM Level 1 yang diterapkan di Jakarta. FOTO: SALMAN TOYIBI/JAWA POS

PALUEKSPRES,JAKARTA- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengusulkan untuk menunda kembali proses pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
Tujuannya untuk meminimalisasi meningkatnya kasus Omicron yang kini mencapai lebih dari 500 orang.

“Sejak awal, bahkan sejak Agustus 2021 saya sudah memprediksi gelombang ketiga akan terjadi Februari Maret pasca libur Nataru. Maka saat ini pemerintah sudah harus memilih opsi sekolah daring bukan PTM. Untuk meminimalisir resiko setidaknya sampai awal Maret ya,” tegasnya kepada JawaPos.com, Senin (17/1/2022).

Menurutnya, belum semua anak-anak divaksinasi untuk usia SD khususnya. Sehingga pertimbangan untuk kembali sekolah daring setidaknya harus dipilih hingga puncak gelombang ketiga yakni diprediksi Maret.

Karena itu menurutnya, bekerja dari kantor atau Work From Office (WFO) juga harus dikurangi 20 persen. Jika nanti sudah sampai ketika masa puncak, Dicky mengusulkan agar WFO dikurangi 50 persen atau lebih.

“Sambil kita lihat dinamika di lapangan ya. Ini akan lebih sulit ya banyak tak bergejala. Maka sangat bergantung pada kemampuan deteksi. Dan untuk tempat yang sifatnya keramaian, ketika sekolah harus daring ya ditutup dulu atau dibatasi jumlahnya,” jelasnya.

Pos terkait