Spiritual Journey 2023: Catatan Pertama dari Tanah Haramain

  • Whatsapp
Spiritual Journey 2023: Catatan Pertama dari Tanah Haramain
TASRIEF SIARA

Tekad dan niat yang tulus itu menjadi spirit menuju Tanah Suci oleh jutaan umat manusia yang merasa ada seruan talbiah yang harus diwujudkan. Dari sana, nantinya akan melahirkan energi dan gerakan serempak sembari memutar atau tawaf
di pusaran titik bumi: ka’bah.

Disana pula kita harus bisa merasakan bagaimana paniknya Bunda Siti Hajar karena anaknya Ismail yang terus menangis karena kehausan amat sangat, di tanah yang tandus dan gersang, sekian abad lampau.

Bacaan Lainnya

Hentakan kaki bocah Ismail yang menangis kehausan itu, akhirnya memuncratkan air suci zam-zam, antara Bukit Safa dan Marwah.

Itulah repetisi yang harus kita lakukan saat haji atau umroh, melaksankan ritual Sa’i, berlari-lari kecil layaknya Bunda Hajar mencari seteguk air untuk anak tercinta.

Berkumpulnya ribuan manusia di Baitullah, juga harus dibaca sebagai sebuah demonstrasi dari kesatuan umat manusia. Ada semacam spirit humanisme universal. Dan Ka’bah adalah titik sentral dari kesatuan umat manusia itu.

Di Masjidil Haram kita akan berjumpa sesama saudara muslim sedunia. Pertemuan itu tak memandang stratifikasi atau hirarki keagamaan. Juga tak dilihat, apakah anda menuju tanah suci berjalan kaki atau naik pesawat pribadi, sepanjang sanggup, silahkan mendekat ke ka’bah.

Hal ini yang mengindikasikan, betapa kuatnya nilai spirit kemanusiaan dan demokrasi dalam Islam.

Memang, haji dan umroh sarat dengan simbolisasi ritualistik, makna bisa tertangkap jika kita ikhlas ke tanah haramain karena seruan talbiah yang khusyu yang dilantunkan dengan hati yang bersih, seperti seruan Dr. Nasaruddin.

Palu – Makassar, 24 Januari 2023

Pos terkait