Sedangkan pelayanan dari instansi vertikal yang ikut “digandeng” dalam program “Bunga Desa” seperti BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan, pajak kendaraan bermotor, perpanjangan SIM, donor darah, sosialisasi narkoba, serta layanan kredit usaha kecil dan mikro dari perbankan.
Dengan “Bunga Desa”, Verna tak sekadar jadi pelayan dan pendengar, tapi melibatkan hatinya. Memberi ruang nyaman dan aman tanpa rasa takut. Kehadirannya memberi pelukan yang tak terlihat. Tak mudah dilupakan. Dirindukan saat-saat tersulit. Juga selalu diingat. Bukan seberapa sering hadirnya “Bunga Desa” yang sekali sebulan, tapi kesan yang ditinggalkan cukup mendalam.
“Bukankah separuh dari kebahagiaan ketika kita mendapati seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah kita,” ujarnya.
Saya pun jadi tahu, politik Verna adalah politik bunga. Politik yang memancarkan semerbak cinta dan kasih. *