Tokoh Tionghoa Protes Pemberian Rekor Muri pada Ahok-Djarot, Alasannya…

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, JAKARTA – Rencana Museum Rekor Indonesia (Muri) mencatatkan rekor papan bunga terbanyak untuk Ahok-Djarot dinilai kurang tepat.

Menurut Tokoh Tionghoa, Lieus Sungkharisma ada sejumlah alasan mengapa Muri harus mengkaji ulang rencanat tersebut.

Bacaan Lainnya

Pertama, permintaan penghargaan atas ribuan papan bunga berisi ucapan kepada Ahok-Djarot dilakukan secara tidak etis, tidak sopan, penuh caci-maki, dan hujatan. Hal ini nampak dari komentar-komentar yang muncul di media sosial.

Kedua, motif pengiriman karangan bunga untuk Ahok-Djarot tidak baik. Ada dugaan kiriman tersebut hanya ledekan dan sangat pekat nuansa megalomania.

“Sudah kalah tapi tetap sok jago. Dalam hal ini arogansi Ahoker keliatan sangat jelas. Setahu saya, MURI adalah lembaga berlandaskan itikad positif. Bila penghargaan itu diberikan maka itu sama saja penghianatan dari landasan MURI,” kata Lieus.

Ketiga, manuver pengiriman karangan bunga berbudget miliaran rupiah yang dikirim ke Balai Kota tidak sensitif sosial.

“Di saat kemiskinan merajalela, Ahoker gaya-gayaan pamer finansial power untuk nyampah. Bahkan disebut-sebut bobot sampah karangan bunga mencapai lebih dari 8 ton,” sambung dia.

“Sedari awal sikap mereka memang tidak santun. Mereka mesti diajari tata krama dan sopan santun. Dengan pembatalan penghargaan ini, MURI memberi pelajaran berharga kepada Ahok dan masyarakat. Ahok mesti sadar, dia dirusak oleh para pengikutnya sendiri,” tukas Lieus.

(dem/rmol/mam/JPG)

Pos terkait