“Hari ini kita sedang meletakkan harapan untuk demokrasi Sulteng. Baik bruknya demokrasi di Sulteng itutergantung baik buruknya kinerja Panwaslu,”kata mantan Ketua Bawaslu Sulteng ini. Tanggung jawab Panwaslu menurutnya bukan hanya pada masyarakat melainkan juga kepada Tuhan YME. Pola Pemilu serentak menurutnya etape baru demokrasi Indonesia.
“Ini bukan kerja kecil. Dari tangan kita akan hasilkan pemimpin 5 tahun kedepan,”ujarnya. Kulaitas demokrasi yang baik menurutnya diukur dengan dua indikator kualitas. Yaitu proses dan hasil. Melalui proses bisa diprediksi baik buruknya kualitas hasil demokrasi.
“Proses yang baik itu ketika tugas bergerak sesuai rencana dan ketentuan yang ada,”jelasnya. Sementara hasil berkaitan dengan suksesnya pengawasan Pemilu yang didukung semua pihak termasuk masyarakat sebagai objek daripada demokrasi itu sendiri. “Karena itu Bawaslu saat ini mengubah tagline, bukan lagi bersama Bawaslu awasi Pemilu tapi bersama masyarakat awasi Pemilu,”jelasnya.
Rusdi B Rioeh dalam sambutannya berharap Pemilu nanti jajaran pengawas dapat menerapkan sistem managemen yang baik. Mengawas dengan tepat “Jika ada temuan harus diselesaikan bersama pihak terkait, agar hasilkan pemilu demokratif dan melahirkan pemimpin amanah,”kata Rusdi.
Pengawas menurutnya instrumen penting dalam demokrasi. Tanggung jawab pengawas amat besar dalam rangka stabilitas politik. Karena itu keberhasilan Panwaslu harusnya diukur dari banyaknya pelanggaran yang terjadi. “Harus profesional dan berani menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi,”ujarnya.
Rusdi dalam kesempatan itu turut mengingatkan aparatur di tiga kabupaten yang akan menggelar Pilkada untuk menjaga netralitas sebagai ASN. “Jangan ikut-kutan politik praktis kalau tidak ingin menerima sanksi,”tegas Rusdi.
(mdi/Palu Ekspres)